Sabtu, 25 Agustus 2012

PMS

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Kebidanan mencakup pengetahuan yang dimiliki bidan dan kegiatan pelayanan yang dilakukannya untuk menyelamatkan ibu dan bayi yang dilahirkan. Komunitas adalah kelompok orang yang berbeda di suatu lokasi tertentu yang mempunyai norma dan nilai. Jadi dapat disimpulkan bahwa kebidanan komunitas merupakan pelayanan kebidanan yang diberikan oleh bidan di kelompok masyarakat dalam wilayah kerjanya.
Dalam memberikan pelayanan kebidanan di masyarakat banyak permasalahan yang ditemui oleh bidan, diantaranya adalah mengenai Penyakit Menular Seksual (PMS). PMS merupakan sekelompok penyakit yang disebabkan oleh infeksi berbagai jenis mikroorganisme (virus, bakteri, protozoa dan jamur) yang menimbulkan gejala klinik utama di saluran kemih dan reproduksi, yang jalur penularannya melalui hubungan seksual.
Wanita, termasuk yang sedang hamil, merupakan kelompok resiko tinggi terhadap PMS. Penelitian di Surabaya menyebutkan angka kejadian PMS pada ibu hamil adalah 19,2%. Angka kejadian PMS pada ibu hamil yang melakukan asuhan antenatal di Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta (1998) adalah 16,1% untuk kandidiasis vaginalis, 4,2% infeksi klamidia dan 1,2% trikomoniasis.
Penyakit menular seksual dapat menimbulkan morbiditas dan mortalitas terhadap ibu maupun bayi yang dikandung/dilahirkannya. Oleh sebab itu penting dilakukannya penanggulangan yang tepat yaitu secara preventif, promotif, kuratif dan rehabilitatif.
B.    Tujuan
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan makalah ini adalah menemukan jenis-jenis Penyakit Menular Seksual,cara pencegahan dan penangananya.
BAB II

PEMBAHASAN

A.    SIFILIS


1.    Epidemiologi
Terjadi di seluruh dunia, terutama menyerang dewasa muda usia 20-35 tahun. lebih lazim terjadi di dacrah perkotaan. Baru-baru ini ada kenaikan jumlah kasus di beberapa negara industri yang dihubungkan dengan penggunaan narkoba dan pelacuran. Penularan terjadi melalui kontak langsung antara luka (yang bernanah atau yang membengkak) di kulit dengan selaput lendir atau dengan cairan tubuh (air mani, darah, cairan vagina) selama sanggama. Penularan bisa terjadi melalui tranfusi darah bila donor berada dalam tahap awal infeksi tersebut. Infeksi bisa ditularkan dari seorang ibu yang terinfeksi kepada bayinya yang belum lahir. Hal ini merupakan penyebab penting terjadinya kelahiran bayi yang meninggal di daerah daerah endermis.
2.    Pengertian
Sifilis adalah penyakit kelamin menular yang disebabkan oleh bakteri Troponema Pallidum. Penularan melalui kontak seksual, melalui kontak langsung dan kongenital sifilis (melalui ibu ke anak dalam uterus).
Penyakit sifilis adalah penyakit kelamin yang bersifat kronis dan menahun walaupun frekuensi penyakit ini mulai menurun, tapi masih merupakan penyakit yang berbahaya karena dapat menyerang seluruh organ tubuh termasuk sistem peredaran darah, saraf dan dapat ditularkan oleh ibu hamil kepada bayi yang di kandungnya. Sehingga menyebabkan kelainan bawaan pada bayi tersebut. Sifilis sering disebut sebagai “Lues Raja Singa”.
3.    Penyebab
Sifilis merupakan infeksi kronik menular yang disebabkan oleh bakteri troponema pallidum, menginfeksi dan masuk ke tubuh penderita kemudian merusaknya. Sifilis hanya menular antar manusia melalui kontak seksual, atau Ibu kepada bayinya. Sifilis menular melalui Penis, vagina, anus, mulut, transfusi dan ibu hamil kepada bayinya.
4.    Gejala dan Klasifikasi sifilis
Gejala penyakit Sifilis sering kali menipu. Kadang luka yang disebabkan oleh sifilis bisa tampak, bisa tidak. Luka Sifilis pun sering tersembunyi antara lain pada vagina, anus, atau mulut. Banyak orang yang terinfeksi Sifilis tidak menampakkan gejala selama bertahun-tahun. Hal ini berbahaya bila tidak segera ditangani.
Meskipun penularan sifilis terjadi akibat kontak luka seseorang pada stadium primer atau sekunder, seringkali luka ini tidak tampak. Jadi, penularan dapat menyebar dari penderita yang tidak menyadari penyakitnya.
Mengenali gejala Sifilis sejak awal merupakan cara yang efektif untuk mencegah perkembangan penyakit ini. Jika dibiarkan selama bertahun-tahun, sifilis dapat mengakibatkan kematian.
Klasifikasi sifilis berdasarkan gejalanya:
a.    Stadium Primer Sifilis
Stadium primer Sifilis biasanya ditandai dengan penampakan luka tunggal, namun dapat juga pula tersebut lebih dari satu. Waktu yang diperlukan mulai dari infeksi hingga gejala muncul adalah bervariasi antara 10 hingga 90 hari. Luka sebagai gejala sifilis ini biasanya kecil, bundar, dan tidak menyebabkan nyeri. Luka tersebut akan sembuh sendiri setelah 3 hingga 6 minggu. Namun, bila tidak dilakukan perawatan lebih lanjut, infeksi dapat berkembang ke stadium sekunder.
b.    Stadium Sekunder Sifilis
Stadium sekunder Sifilis ditandai dengan ruam pada kulit dan lesi berlendir. Ruam biasanya tidak menyebabkan gatal. Ruam pada stadium sekunder muncul setelah luka sembuh atau beberapa minggu setelahnya. Karakteristik ruam tampak kasar, merah pada telapak tangan atau kaki bagian bawah. Ruam juga dapat muncul di bagian tubuh lain. Kadang ruam juga tidak tampak. Gejala lain pada Sifilis stadium sekunder adalah demam, pembengkakan kelenjar limfe, radang tenggorokan, rambut rontok, sakit kepala, penurunan berat badan, nyeri otot, dan kelelahan. Gejala stadium sekunder akan menghilang dengan sendirinya. Namun, apabila tidak ditangani, Sifilis akan berkembang menuju stadium laten.
c.    Stadium Laten Sifilis
Stadium laten Sifilis dimulai setelah gejala pada fase primer dan sekunder menghilang. Tanpa penanganan, orang yang terinfeksi akan terus mengidap sifilis meskipun tanpa gejala. Stadium laten ini dapat berlangsung hingga tahunan. Stadium laten Sifilis dapat berkembang pada 15% penderita yang tidak dirawat, dan dapat muncul 10-20 tahun setelah infeksi pertama diperoleh. Pada stadium laten, Sifilis mulai merusak organ dalam, termasuk otak, saraf, jantung, pembuluh darah, mata, hati, tulang, dan persendian. Gejala pada stadium laten Sifilis antara lain kesulitan koordinasi pergerakan otot, paralisis, buta bertahap, dan dementia. Kerusakan ini dapat berlangsung serius dan dapat mengakibatkan kematian
5.    Penanganan Sifilis
Sifilis mudah disembuhkan pada stadium awal. Suntikan antibiotik seperti penisilin dapat menghentikan Sifilis pada penderita yang terinfeksi kurang dari setahun. Dosis tambahan diperlukan bila penderita telah terinfeksi selama lebih dari setahun. Bagi penderita yang alergi terhadap penisilin, tersedia antibiotik lain yang dapat mengobati sifilis. Antibiotik akan membunuh bakteri Sifilis dan mencegah stadium berlanjut, namun tidak memperbaiki kerusakan yang telah terjadi. Oleh karena itu, perawatan yang efektif dapat mencegah berkembangnya Sifilis, penting bagi seseorang untuk tes darah bila kebiasaan seksualnya berisiko terkena STD.
Pengobatan dilakukan sesuai dengan stadiumnya dapat diberikan obat antibiotik misalnya penisilin prokan dan penisilin G benzatin.
Penisilin parokan:
    Stadium I (sifilis primer) : 600.000 IU/hari sebanyak 10 kali suntik.
    Stadium II (sifilis sekunder) : 900.000 IU/hari sebanyak 15 kali suntik.
    Stadium III + neurosifilis dan sifilis kardiovaskular : 100.000 IU/hari sebanyak 12 kali suntik.
Penisilin G benzatin
    Stadium I : 2,4 juta unit satu kali seminggu selama 2 minggu total 4,8 juta unit.
    Stadium II : 2,4 juta unit satu kali seminggu selama 3 minggu total 7,2 juta unit.
    Stadium III : total 9 juta unit satu kali seminggu selama 4 minggu.
Penderita Sifilis dalam tahap perawatan harus berhenti melakukan kontak seksual terhadap pasangannya sampai luka-lukanya sembuh sempurna. Penderita Sifilis harus menginformasikan kepada pasangannya sehingga pasangannya dapat melakukan tes Sifilis dan diobati bila ternyata juga terkena infeksi.
Pernah menderita Sifilis tidak membuat seseorang kebal dengan penyakit tersebut. Walau perawatan berhasil menyembuhkan Sifilis, namun penderita
dapat terjangkit Sifilis lagi jika tidak berhati-hati. Hanya tes laboratorium yang dapat mengidentifikasi Sifilis karena luka dapat tersembunyi di vagina, anus, atau mulut. Penderita harus sadar diri untuk memeriksa ulang dengan tes laboratorium.
6.    Pencegahan Sifilis
Cara untuk mencegah penularan Sifilis tentu saja sama dengan cara mencegah penyakit menular seksual lainnya, yaitu berhenti melakukan kontak seksual dalam jangka waktu lama dan memiliki satu pasangan tetap untuk melakukan hubungan seksual. Menghindari alkohol dan obat-obat terlarang juga membantu mencegah penyebaran Sifilis karena aktivitas tersebut meningkatkan perilaku seksual berisiko. Penting bagi pasangan untuk membicarakan secara terbuka mengenai riwayat penyakit menular seksual mereka atau mungkin statusnya pada HIV sehingga langkah pencegahan dapat dilakukan.
Luka pada alat kemaluan dapat muncul pada pria dan wanita. Luka tersebut dapat muncul pada area yang terlindungi kondom maupun area yang tidak terlindungi. Penggunaan kondom lateks dengan benar dan konsisten dapat menurunkan risiko penularan Sifilis dan juga penyakit menular seksual lainnya bila area yang terinfeksi terlindungi.
Kondom yang mengandung spermicides tidak lebih efektif daripada kondom
biasa untuk melindungi diri dari penyakit menular seksual, terutama Sifilis. Penularan penyakit menular seksual tidak dapat dicegah dengan membasuh area genital setelah berhubungan seksual. Adanya luka yang tidak biasa, terutama di bagian selangkangan merupakan tanda-tanda serius untuk menghentikan hubungan seksual dan selekas mungkin pergi ke dokter.

B.    GONORHOE (GO)

1.    Epidemiologi
Data WHO menunjukkan insiden gonore antara 62 juta kasus baru pada 1995 sebagian berasal dari Asia Selatan dan Asia Timur, Amerika Selatan dan Amerika Tengah. Prevalensi pada negara-negara maju adalah sepersepuluh dibandingkan negara berkembang. Di Indonesia data dari Depkes RI tahun 1997-1998 didapatkan infeksi gonore sebanyak 13.000 kasus pada tahun 1997 dan 20.420 kasus pada tahun 1998 (Safitri, 2007). Beberapa faktor predisposisi tingginya angka kejadian gonore antara lain tingkat penularan yang tinggi, masa inkubasi yang pendek, tingkat karier asimtomatis yang tinggi, tidak adanya imunitas protektif, meningkatnya resistensi terhadap antibiotik dan perubahan prilaku seksual (Sumaryo, 2006)
2.    Pengertian
Adalah penyakit menular seksual yang disebabkan oleh Nisseria Gonnoreae yang menginfeksi lapisan dalam uretrha, leher rahim, rektum, tenggorokan atau bagian konjuntiva mata.
3.    Penyebab
Gonore disebabkan oleh bakteri Neisseria gonorrhoeae. Bakteri ini dapat menular ke orang lain melalui hubungan seksual dengan penderita. Penyakit ini juga dapat menular dari ibu ke bayinya saat melahirkan. Kita tidak akan terinfeksi gonore dari pemakaian handuk bersama maupun pemakaian toilet umum.
4.    Penanganan
Diagnosis penyakit gonore didasarkan pada hasil pemeriksaan mikroskopik terhadap nanah untuk menemukan bakteri penyebab gonore. Jika pada pemeriksaan mikroskopik tidak ditemukan bakteri, maka dilakukan pembiakan di laboratorium. Gonore biasanya diobati dengan suntikan tunggal seftriakson intramuskuler (melalui otot) atau dengan pemberian antibiotik per-oral (melalui mulut) selama satu minggu (biasanya diberikan doksisiklin). Jika gonore telah menyebar melalui aliran darah, biasanya penderita dirawat di rumah sakit dan mendapatkan antibiotik intravena (melalui pembuluh darah atau infus).
5.    Pencegahan
Untuk mencegah penularan gonore, gunakan kondom dalam melakukan hubungan seksual. Jika menderita gonore, hindari hubungan seksual sampai pengobatan antibiotik selesai. Walaupun sudah pernah terkena gonore, seseorang dapat terkena kembali, karena tidak akan terbentuk imunitas untuk gonore. Sarankan juga pasangan seksual kita untuk diperiksa untuk mencegah infeksi lebih jauh dan mencegah penularan. Selain itu, juga menyarankan para wanita tuna susila agar selalu memeriksakan dirinya secara teratur, sehingga jika terkena infeksi dapat segera diobati dengan benar.
C.    HIV/AIDS
A.    Epidemiology
    UNAIDS dan WHO memperkirakan bahwa AIDS telah membunuh lebih dari 25 juta jiwa sejak pertama kali diakui tahun 1981, membuat AIDS sebagai salah satu epidemik paling menghancurkan pada sejarah. Meskipun baru saja, akses perawatan antiretrovirus bertambah baik di banyak region di dunia, epidemik AIDS diklaim bahwa diperkirakan 2,8 juta (antara 2,4 dan 3,3 juta) hidup di tahun 2005 dan lebih dari setengah juta (570.000) merupakan anak-anak. Secara global, antara 33,4 dan 46 juta orang kini hidup dengan HIV. Pada tahun 2005, antara 3,4 dan 6,2 juta orang terinfeksi dan antara 2,4 dan 3,3 juta orang dengan AIDS meninggal dunia, peningkatan dari 2003 dan jumlah terbesar sejak tahun1981.
B.    Pengertian
    HIV merupakan singkatan dari human immunodeficiency virus. HIV merupakan retrovirus yang menjangkiti sel-sel sistem kekebalan tubuh manusia (terutama CD4 positive T-sel dan macrophages– komponen-komponen utama sistem kekebalan sel), dan menghancurkan atau mengganggu fungsinya. Infeksi virus ini mengakibatkan terjadinya penurunan sistem kekebalan yang terus-menerus, yang akan mengakibatkan defisiensi kekebalan tubuh.
    AIDS adalah singkatan dari ‘acquired immunodeficiency syndrome’ dan menggambarkan berbagai gejala dan infeksi yang terkait dengan menurunnya sistem kekebalan tubuh. Infeksi HIV telah ditahbiskan sebagai penyebab AIDS. Tingkat HIV dalam tubuh dan timbulnya berbagai infeksi tertentu merupakan indikator bahwa infeksi HIV telah berkembang menjadi AIDS.
C.    Penyebab
    AIDS disebabkan oleh HIV.  HIV ditularkan melalui seks penetratif (anal atau vaginal) dan oral seks; transfusi darah; pemakaian jarum suntik terkontaminasi secara bergantian dalam lingkungan perawatan kesehatan, dan melalui suntikan narkoba; dan melalui ibu ke anak, selama masa kehamilan, persalinan, dan menyusui.
    Adapun kelompok yang mempunyai resiko tinggi tertular aids antara lain yaitu :
    Mereka yang sering melakukanhubungan seksual diluar nikah, seperti wanita dan pria tuna susila dan pelanggannya.
    Mereka yang mempunyai bayak pasangan seksual misalnya : Homo seks ( melakukan hubungan dengan sesama laki-laki), Biseks ( melakukan hubungan seksual dengan sesama wanita ), Waria dan mucikari.
    Penerima transfusi darah
    Bayi yang dilahirkan dari Ibu yang mengidap virus AIDS.
    Pecandu narkotika suntikan.
    Pasangan dari pengidap AIDS
D.    Klasifikasi
AIDS diidentifikasi berdasarkan beberapa infeksi tertentu, yang dikelompokkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization) sebagai berikut:
    Tahap I penyakit HIV tidak menunjukkan gejala apapun dan tidak dikategorikan sebagai AIDS.
    Tahap II (meliputi manifestasi mucocutaneous minor dan infeksi-infeksi saluran pernafasan bagian atas yang tak sembuh- sembuh)
    Tahap III (meliputi diare kronis yang tidak jelas penyebabnya yang berlangsung lebih dari satu bulan, infeksi bakteri yang parah, dan TBC paru-paru), atau
    Tahap IV (meliputi Toksoplasmosis pada otak, Kandidiasis pada saluran tenggorokan (oesophagus), saluran pernafasan (trachea), batang saluran paru-paru (bronchi) atau paru-paru dan Sarkoma Kaposi). Penyakit HIV digunakan sebagai indikator AIDS.
E.    Penanganan
Tidak ada obat yang dapat sepenuhnya menyembuhkan HIV/AIDS. Perkembangan penyakit dapat diperlambat namun tidak dapat dihentikan sepenuhnya. Kombinasi yang tepat antara berbagai obat-obatan antiretroviral dapat memperlambat kerusakan yang diakibatkan oleh HIV pada sistem kekebalan tubuh dan menunda awal terjadinya AIDS.
Penggunaan ARV dalam kombinasi tiga atau lebih obat-obatan menunjukkan dapat menurunkan jumlah kematian dan penyakit yang terkait dengan AIDS secara dramatis. Walau bukan solusi penyembuhan, kombinasi terapi ARV dapat memperpanjang hidup orang penyandang HIV-positif, membuat mereka lebih sehat, dan hidup lebih produktif dengan mengurangi varaemia (jumlah HIV dalam darah) dan meningkatkan jumlah sel-sel CD4+ (sel-sel darah putih yang penting bagi sistem kekebalan tubuh).
Supaya pengobatan antiretroviral dapat efektif untuk waktu yang lama, jenis obat-obatan antiretroviral yang berbeda perlu dikombinasikan. Inilah yang disebut sebagai terapi kombinasi. Istilah ‘Highly Active Anti-Retroviral Therapy’ (HAART) digunakan untuk menyebut kombinasi dari tiga atau lebih obat anti HIV.Bila hanya satu obat digunakan sendirian, diketahui bahwa dalam beberapa waktu, perubahan dalam virus menjadikannya mampu mengembangkan resistensi terhadap obat tersebut. Obat tersebut akhirnya menjadi tidak efektif lagi dan virus mulai bereproduksi kembali dalam jumlah yang sama seperti sebelum dilakukan pengobatan. Bila dua atau lebih obat-obatan digunakan bersamaan, tingkat perkembangan resistensi dapat dikurangi secara substansial. Biasanya, kombinasi tersebut terdiri atas dua obat yang bekerja menghambat reverse transcriptase enzyme dan satu obat penghambat protease. Obat-obatan anti retroviral hendaknya hanya diminum di bawah pengawasan medis.
Unsur-unsur perawatan lain dapat membantu mempertahankan kualitas hidup tinggi saat ARV tidak tersedia. Unsur-unsur ini meliputi nutrisi yang memadai, konseling, pencegahan dan pengobatan infeksi oportunistik, dan menjaga kesehatan pada umumnya.
F.    Pencegahan
Penularan HIV secara seksual dapat dicegah dengan:
    berpantang seks
    hubungan monogami antara pasangan yang tidak terinfeksi
    penggunaan kondom pria atau kondom wanita secara konsisten dan benar
Cara tambahan yang lain untuk menghindari infeksi:
    gunakan jarum suntik atau semprit baru yang sekali pakai atau jarum yang secara tepat disterilkan sebelum digunakan kembali.
    Pastikan bahwa darah dan produk darah telah melalui tes HIV dan standar standar keamanan darah dilaksanakan.
 Penularan dari Ibu ke Anak dapat dikurangi dengan cara sang ibu mengikuti pengobatan preventatif antiretroviral jangka pendek, dikombinasikan dengan dukungan dan konseling makanan bayi, dan penggunaan metode pemberian makanan yang lebih aman, persalinan dengan operasi Caesar dan menghindari pemberian ASI. Badan Kesehatan Dunia, WHO, membuat rekomendasi berikut: Ketika makanan pengganti dapat diterima, layak, harganya terjangkau, berkesinambungan, dan aman, sangat dianjurkan bagi ibu yang terinfeksi HIV-positif untuk tidak menyusui bayinya. Bila sebaliknya, maka pemberian ASI eksklusif direkomendasikan pada bulan pertama kehidupan bayi dan hendaknya diputus sesegera mungkin.
    Bagi para pekerja kesehatan hendaknya mengikuti Kewaspadaan Universal (Universal Precaution) yang meliputi:
    Cara penanganan dan pembuangan barang-barang tajam
    Mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum dan sesudah dilakukannya semua prosedur;
    Menggunakan alat pelindung seperti sarung tangan, celemek, jubah, masker dan kacamata pelindung (goggles) saat harus bersentuhan langsung dengan darah dan cairan tubuh lainnya;
    Melakukan desinfeksi instrumen kerja dan peralatan yang terkontaminasi;
    Penanganan seprei kotor/bernoda secara tepat.

D.    HERPES GENITALIS
 

1.    Epidemiologi
Penyakit ini tersebar di seluruh dunia dan menyerang baik pria dan wanita dengan frekuensi yang tidak berbeda. Infeksi virus herpes simpleks tipe I biasanya dimulai pada usia anak-anak, sedangkan infeksi virus herpes simpleks tipe II biasanya terjadi pada usia dewasa dan berhubungan dengan peningkatan aktivitas seksual.
2.    Pengertian
Penyakit menular seksual yang disebabkan oleh virus herpes simpleks tipe I atau tipe II yang ditandai adanya vesikel yang berkelompok di atas kulit yang sembab dan merah. Vesikel ini paling sering terdapat di sekitar mulut, hidung, daerah genital dan bokong, walaupun dapat juga terjadi di bagian tubuh lain.

3.    Penyebab
Terdapat 2 jenis virus herpes simpleks yang menginfeksi kulit, yaitu HSV-1 dan HSV-2.
HSV-1 merupakan penyebab dari luka di bibir (herpes labialis) dan luka di kornea mata (keratitis herpes simpleks); biasanya ditularkan melalui kontak dengan sekresi dari atau di sekitar mulut.
HSV-2 biasanya menyebabkan herpes genitalis dan terutama ditularkan melalui kontak langsung dengan luka selama melakukan hubungan seksual.

4.    Klasifikasi
Herpes genitalis merupakan infeksi pada genital dengan gejala khas berupa vesikel yang berkelompok dengan dasar eritem bersifat rekuren. Herpes genitalis terjadi pada alat genital dan sekitarnya (bokong, daerah anal dan paha). Ada dua macam tipe hsv yaitu : hsv-1 dan hsv-2 dan keduanya dapat menyebabkan herpes genital.
•    Infeksi hsv-2 sering ditularkan melalui hubungan seks dan dapat menyebabkan rekurensi dan ulserasi genital yang nyeri.
•    Tipe 1 biasanya mengenai mulut dan tipe 2 mengenai daerah genital.

a.    Herpes genital primer
infeksi primer biasanya terjadi seminggu setelah hubungan seksual (termasuk hubungan oral atau anal). Tetapi lebih banyak terjadi setelah interval yang lama dan biasanya setengah dari kasus tidak menampakkan gejala. Erupsi dapat didahului dengan gejala prodormal, yang menyebabkan salah diagnosis sebagai influenza. Lesi berupa papul kecil dengan dasar eritem dan berkembang menjadi vesikel dan cepat membentuk erosi superfisial atau ulkus yang tidak nyeri, lebih sering pada glans penis, preputium, dan frenulum, korpus penis lebih jarang terlihat.(1
b.     Herpes genital rekuren
setelah terjadinya infeksi primer klinis atau subklinis, pada suatu waktu bila ada faktor pencetus, virus akan menjalani reaktivasi dan multiplikasi kembali sehingga terjadilah lagi rekuren, pada saat itu di dalam hospes sudah ada antibodi spesifik sehingga kelainan yang timbul dan gejala tidak seberat infeksi primer. Faktor pencetus antara lain: trauma, koitus yang berlebihan, demam, gangguan pencernaan, kelelahan, makanan yang merangsang, alkohol, dan beberapa kasus sukar diketahui penyebabnya. Pada sebagian besar orang, virus dapat menjadi aktif dan menyebabkan outbreaks beberapa kali dalam setahun. HSV berdiam dalam sel saraf di tubuh kita, ketika virus terpicu untuk aktif, maka akan bergerak dari saraf ke kulit kita. Lalu memperbanyak diri dan dapat timbul luka di tempat terjadinya outbreaks
5.    Penanganan
Untuk mengobati herpes simpleks, dokter dokter biasanya memberikan pengobatan antivirus dalam bentuk krim atau pil. Pengobatan ini tidak dapat menyembuhkan herpes simpleks, namun dapat mengurangi durasi terjadinya penyakit dan mengurangi beratnya penyakit. Antivirus yang diakui oleh FDA (badan pengawas obat-obatan Amerika Serikat) antara lain: Acyclovir, Valacyclovir dan Famcyclovir. Jika seseorang sedang mendapat pengobatan untuk herpes simpleks, maka pasangan seksualnya disarankan untuk diperiksa, dan bila perlu, diobati juga walaupun tidak ada gejala. Hal ini akan mengurangi resiko terjadinya komplikasi yang serius pada infeksi herpes simpleks yang tidak terdiagnosis atau mencegah penyebaran infeksi ini ke orang lain. Mereka juga disarankan untuk tidak berhubungan seksual sampai selesai pengobatan.
6.    Pencegahan
Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mencegah penyebaran herpes simpleks antara lain:
•    Hindari berhubungan seksual dengan orang lain bila masih terdapat vesikel
•     Hindari pinjam meminjam barang pribadi seperti handuk
•     Hindari pencetus terjadinya episode rekuren seperti kurang tidur, stress berlebihan
E.    TRICHOMONIASIS VAGINALIS
1.    Epidemiologi
Sebuah infeksi umum yang terjadi terus-menerus di saluran kencing perempuan. Infeksi ini disebabkan olch protozoa Trichomonas vaginalis. Terjadi di seluruh dunia, dan terutama didiagnosis pada perempuan berusia 16-35 tahun.
2.    Pengertian
Trikomoniasis merupakan penyakit menular seksual yang disebabkan oleh parasit trikomonas vaginalis. Parasit ini paling sering menyerang wanitanamun pria dapat terinfeksi dan menularkan ke pasangannna lewat kontak seksual.
3.    Penyebab
Penyebabnya semacam Protozoa disebut Trichomonas vaginalisyang ditularkan melalui hubungan seksual.
Cara Penularan:
Trikomoniasis menular melalui kontak seksual. Trichomonas vaginalis dapat bertahan hidup pada benda-benda seperti baju-baju yang dicuci, dan dapat menular dengan pinjam meminjam pakaian tersebut.
4.    Gejala-gejala
Pada perempuan biasa terjadi keputihan yang banyak, berbusa, dan berwarna kuning-hijau. Kesulitan atau rasa sakit pada saat buang air kecil dan atau saat berhubungan seksual juga sering terjadi. Mungkin terdapat juga nyeri vagina dan gatal atau mungkin tidak ada gejala sama sekali.  Pada laki-laki mungkin akan terjadi radang pada saluran kencing, kelenjar, atau kulup dan/atau luka pada penis, namun pada laki-laki umumnya tidak ada gejala.
5.    Pengobatan
Pengobatan paling efektif untuk trikomoniasis adalah dengan obat minum metronidazol. Dosis biasanya 2 gram dosis tunggal ataupun 500 miligram dua kali sehari selama tujuh hari. Obat ini tidak boleh diberikan bila penderita dalam keadaan hamil 3bulan pertama karena efeknya pada janin. Pada keadaan ini,penderita tersebut dapat menggunakan obat clotrimazole yang penggunanya secara dimasukkan kedalam vagina.
6.    Pencegahan
 Tidak melakukan hubungan seks secara vaginal dengan orang yang terinfeksi adalah satu-satu cara pencegahan yang 100% efektif mencegah penularan trikomoniasis melalui hubungan seksual. Kondon dan berbagai metode penghalang sejenis yang lain dapat mengurangi tetapi tidak menghilangkan risiko untuk tertular penyakit ini melalui hubungan seks.  Hindari untuk saling pinjam meminjam handuk atau pakaian dengan orang lain untuk mencegah penularan non-seksual dari penyakit ini.
F.    CHANCROID/ULKUS MOLE
1.    Epidemiologi
Sangat lazim terjadi di daerah tropis dan Sub-tropis di dunia. Penyakit ini terutama ditemukan pada negara berkembang, berhubungan dengan pekerja seks komersial dan klien mereka Lebih sering terjadi pada laki-laki. Luka cankroid sangat menular.
2.    Pengertian
Syankroid atau chancroid adalah penyakit menular seksual yang ditandai dengan rasa nyeri pada alat kelamin.
Chancroid (ulkus mole) adalah infeksi bakteri yang disebabkan oleh Gram-negatif.
3.    Penyebab
Disebabkan oleh Haemophilus ducreyi, sebuah bakteri. Chancroid diketahui menyebar dari satu orang ke individu lainnya melalui hubungan seksual. Chancroid adalah infeksi bakteri yang disebabkan oleh Haemophilus ducreyi..
4.    Gejala
Setelah masa inkubasi satu hari hingga dua minggu, chancroid menimbulkan benjolan kecil yang kemudian menjadi borok/lesi dalam satu hari.
Borok yang khas memiliki karakteristik:Rentang ukuran 3-50 mm, nyeri, terlihat jelas tapi batasnya tidak jelas, ditutupi oleh lapisan berwarna abu-abu atau abu kekuning-kuningan, jika tutupnya dilukai atau dikikis misal dengan kuku maka akan keluar darah.
Sekitar setengah dari orang yang terinfeksi hanya memiliki satu borok. Perempuan sering memiliki empat atau lebih bisul/borok. Bisul yang muncul di lokasi tertentu, seperti pada kulit yang menutupi kepala penis (kulit yang biasanya dihilangkan pada saat khitan/sunat) atau di fourchette dan labia minora perempuan.
Gejala chancroid mungkin mencakup: dispareunia (nyeri hubungan seksual), kesulitan buang air besar, borok yang menyakitkan, yang mungkin mengalir nanah, nyeri buang air kecil, pendarahan anus, pembengkakan kelenjar getah bening, penurunan berat badan, abses,  fistula
5.    Pengobatan
Biasanya minum antibiotik menyembuhkan infeksi. Meskipun sudah disembuhkan infeksi biasanya meninggalkan beberapa jaringan parut. Pengobatan juga melibatkan pasangan seksual.
6.    Pencegahan
Gunakan kondom dengan cara yang benar dan jika ada kulit yang menutupi kepala penis maka sebaiknya dihilangkan (disunat/khitan) untuk mengurangi resiko terjangkit. Lebih baik lagi untuk pencegahan, jangan berganti-ganti pasangan seks karena penyakit ini banyak terjadi pada praktek-praktek prostitusi.

G.    KLAMIDIA


1.    Epidemiologi
Antara 35-50 persen dari kasus penyakit kelamin non-gonore diperkirakan disebabkan oleh Chlamydia trachomatis, yang terjadi secara umum di seluruh dunia. Pada perempuan, penyakit ini bisa menyebabkan radang leher rahim mucopurulent walaupun infeksi biasanya tanpa gejala. Infeksi klamidia yang terjadi berulang kali biasanya bisa menyebabkan penyakit peradangan leher rahim kronis dan kemandulan. Penularan terjadi lewat sanggama. Penyakit ini bisa menyerang baik laki-laki maupun perempuan semua usia, terutama dewasa muda.
2.    pengertian
Chlamydia trachomatis adalah salah satu dari tiga spesies bakteri dalam genus Chlamydia, famili Chlamydiaceae, kelas Chlamydiae, filumChlamydiae, domain Bacteria.
3.    Penyebab
Klamidia disebabkan oleh bakteri yang berkembang biak di selaput lendir dari alat kelamin. Hal ini dapat menyebabkan peradangan saluran kencing, dubur dan leher rahim. Ketika infeksi terjadi pada anus, Anda biasanya tidak merasakan gejala meskipun mungkin merasa tidak nyaman. Kadang-kadang ada lendir, iritasi, gatal dan nyeri. Infeksi Klamidia di tenggorokan juga mungkin tidak memberikan gejala apapun. Jika mata Anda terinfeksi, bakteri dapat menyebabkan iritasi dan keluarnya cairan dari salah satu atau kedua mata Anda (konjunktivitis).
4.    Gejala
Pada wanita
Kebanyakan klamidia tidak menimbulkan gejala atau gejalanya hanya samar-samar. Kondisi tanpa gejala in dapat berlangsung lama (bisa bertahun-tahun). Sementara itu, Anda tanpa menyadari dapat menularkan penyakit itu. Gejala yang mungkin mengindikasikan klamidia adalah: Debit cairan lebih dari biasanya, nyeri saat buang air kecil, perdarahan abnormal di antara dua periode menstruasi atau setelah berhubungan seks, nyeri saat berhubungan seks, nyeri perut.
Pada laki-laki
Pria yang terinfeksi klamidia seringkali mengeluarkan cairan seperti susu dari uretra. Jumlahnya tidak selalu banyak, biasanya setelah bangun pagi. Gejala lain adalah buang air kecil yang menyakitkan. Sekitar 1/4 pria yang terinfeksi tidak memiliki gejala infeksi klamidia. Sementara itu, dia dapat menularkan infeksi ke pasangannya tanpa disadari.
5.    Pengobatan/ penanganan
Klamidia dapat diobati dengan antibiotik yang harus diminum dalam beberapa hari. Sangat penting untuk mengambil dosis penuh antibiotik, bahkan meskipun gejala klamidia sudah hilang. Menghentikan pemberian antibiotik sebelum waktunya akan membuat bakteri resisten. Selama pengobatan, Anda harus berpantang seks atau menggunakan pelindung (kondom) sampai Anda maupun pasangan Anda menyelesaikan pengobatan.
Infeksi C. trachomatis dapat disembuhkan dengan antibiotik secara efektif setelah terdeteksi.  Centers for Disease Control (CDC – US) menyediakan pedoman untuk perawatan berikut:
•    Azitromisin 1 gram oral sebagai dosis tunggal, atau
•    Doxycycline 100 mg dua kali sehari selama tujuh hingga empat belas hari.
•    Tetrasiklin
•     Eritromisin
6.    Pencegahan
Menerapkan pola hubungan seks yang aman dan sehat. Hal lain yang tak kalah pentingnya adalah menjalani pemeriksaan rutinsetiap 6 bulan sekali.

H.    KANDILOMA AKUMINATA
1.    Epidemiologi
Ras : tidak ada perbedaan
Jenis kelamin : pria 13%, wanita 9%, pernah mengidap kondiloma akuminata
Umur : kebanyakan wanita aktif seksual dibawah usia 25 tahun
Karena penyakit ini tidak dilaporkan dari spesialis lain atau praktek umum, maka peningkatan substansial pada jumlah kasus baru sepanjang dekade terakhir dan tingkat kejadian sekarang kira – kira telah 2 kali lebih banyak dari laporan kejadian sebelumnya. Dewasa ini kutil kelamin adalah penyakit PMS viral yang paling umum, 3 kali banyaknya dari herpes genital dan tingkat kejadian hanya dilampaui oleh GO dan infeksi chlamidya.
2.    Pengertian
Kondiloma akuminata adalah kelainan kulit berbentuk vegetasi bertangkai dengan permukaan berjonjot dan disebabkan oleh human papilloma virus. Penyakit ini disebabkan oleh virus golongan papova. Penyakit ini hanya menyerang orang dewasa penularannya melalui kontak kulitlangsung atau hubungan badan sehingga digolongkan juga ke dalam PMS (Penyakit Menular Seksual). Kurangnya kebersihan dan lingkungan yang lembap serta basah dapat mempermudah terjangkitnya penyakitini.
3.    Penyebab
Kutil kelamin atau kondiloma disebabkan oleh infeksi pada epidermis oleh jenis Human Papiloma Virus yang spesifik pada sebagian besar lesi yang terjadi akibat HPV 6 dan 11 yang dijumpai, namun terkadang HPV 16 atau jenis lain juga dijumpai hubungan antara kutil kelamin dengan kutil kulit biasanya telah banyak dibahas sebelumnya namun tidak ada bukti hubungan klinis atau virologis antara keduanya meskipun demikian sejumlah kecil pasien dengan kutil kulit biasa juga mengalami kutil yang sama pada bagian genital autoinokulasi dengan HIV 1,2 atau 4 tampaknya merupakan penjelasan yang paling mungkin, karena jenis – jenis tersebut telah diidentifikasi pada beberapa material kutil.
4.    Gejala
Pada awalnya tampak adanya tonjolan-tonjolan runcing atau datar yang berjumlah banyak. Selanjutnya, tonjolan-tonjolan itu akan semakin membesar dan tampak vegetasi bertangkai dan berwarna kemerahan. Permukaannya tidak rata tetapi berjonjot-jonjot. Penyakit ini biasanya ditemukan di daerah lipatan tubuh yang lembap seperti di daerah alat kelamin. Jika terjadi infeksi sekunder warnanya dapat berubah menjadi ke abu-abuan atau kehitaman dan mengeluarkan bau. Pada pria sering ditemukan di preputium, muara penis, batang, kepala penis, muara uretra eksterna dan disekitar anus. Pada wanita dapat terjadi disekitar vagina.
5.    Pengobatan
Pengobatan dapat dilakukan dengan memberikan obat-obat berikut:
•    Pengolesan daerah yang terkena kondiloma akuminata dengan tingtura podofilin 20%, 1-2 minggu.
•    Salep 5 fluorourasil 5%.
•    Bedah listrik (elektrokauterisasi).
•    Bedah skapel (eksisi).
•    Bedah beku dengan nitrogen cair.
•    Pada yang tidak dikhitan dapat dilakukan eksisi dan khitan.
6.    Pencegahan
Pencegahan dapat dilakukan dengan beberapa cara misalnya dengan menjaga kebersihan lingkungan dan tubuh. Selain itu jagalah agar tubuh tidak selalu berkeringat atau dalam keadaan lembap. Bagi pria sebaiknya dilakukan khitan sejak kecil. Sebaiknya tidak melakukan kontak seksual dengan penderita karena dapat tertular penyakit ini. Pencegahan pada pasangan suami istri juga harus dilakukan. Pada penderita wanita dilakukan pemeriksaan pap’s smear.



























BAB III
PENUTUP

A.    KESIMPULAN
Penyakit menular seksual, atau PMS adalah berbagai infeksi saluran reproduksi(ISR) yang dapat menular dari satu orang ke orang yang lain melalui kontak seksual. Kuman penyebab infeksi tersebut dapat berupa jamur, virus dan parasit.  Menurut the Centers for Disease Control (CDC) terdapat lebih dari 15 juta kasus PMS dilaporkan per tahun.  Kelompok remaja dan dewasa muda (15-24 tahun) adalah kelompok umur yang memiliki risiko paling tinggi untuk tertular PMS, 3 juta kasus baru tiap tahun adalah dari kelompok ini.
Jenis-jenis penyakit menular :
1.    Sifilis (Raja Singa)
2.    Gonorhoe
3.    HIV/AIDS
4.    Herpes Genitalis
5.    Trikhomoniasis Vaginalis
6.    Chancroid
7.    Klamidia
8.    Kandiloma Akuminata




B.    SARAN
Dengan mengetahui bahaya PMS, maka sekiranya kita menjaga kesehatan atau hygiene reproduksi, tidak berganti-ganti pasangan dan menggunkan alat pengaman.


DAFTAR PUSTAKA

Widyastuti, Yani. 2009. Kesehatan Reproduksi. Fitra Maya. Jogjakarta.
file:///C:/Users/Nia/Documents/SIFILIS%20%20%20%20Mengenal%20dan%20Mencegah%20Penyakit%20Sifilis_files/adTag.htm
file:///C:/Users/Nia/Documents/Gejala%20Gonorrhea.htm
file:///C:/Users/Nia/Documents/Penyakit%20Menular%20Seksual%20Chlamydia.htm
http://childrenhivaids.wordpress.com/2009/08/10/kondiloma-akuminata-penyakit-menular-seksual/
http://id.wikipedia.org/wiki/Kondiloma_Akuminata
http://sv.wikipedia.org/wiki/Trikomonaskolpit
http://en.wikipedia.org/wiki/Chancroid
http://www.aidsindonesia.or.id
http://gajeboers.blogspot.com/2009/01/penyakit-menular-seksual-pms.html
www.kesrepro.com
www.geocities.com
http://bidan2009.blogspot.com/2009/02/makalah-penyakkit-menular-seksual-oleh.html












ermasalahan KESPRO dan perempuan di komunitas

BAB I
PENDAHULUAN
A.    LATAR BELAKANG

Pembangunan kesehatan bertujuan untuk mempertinggi derajat kesehatan masyarakat akan tetapi Kesehatan wanita sering dilupakan dan hanya sebagai objek dengan mengatas namakan “pembangunan” seperti program KB, dan pengendalian jumlah penduduk.Padahal wanita sangat berperan penting dalam hal ini karena perannya yang sangat besar dalam keluarga.
Wanita memiliki banyak permasalahan kesehatan reproduksi yang perlu mendapat perhatian khusus.Saat ini masalah kesehatan reproduksi wanita sudah menjadi agenda Intemasional diantaranya Indonesia menyepakati hasil-hasil Konferensi mengenai kesehatan reproduksi dan kependudukan (Beijing dan Kairo).
Makalah ini mencoba menjelaskan mengenai permasalahan kesehatan reproduksi dan perempuan di komunitas dengan menggunakan metode havard, gender analisis matrix, KPP, pohon masalah dan pohon harapan.
B.    TUJUAN PENULISAN
Adapun tujuan penulisan makalah ini yaitu :
Menjelaskan mengenai permasalahan kesehatan reproduksi dan perempuan di komunitas dengan menggunakan metode Havard, GAM, KPP, pohon masalah, pohon harapan, dan diagram venn sebagai tugas mata kuliah Kebidanan Komunitas
C.    RUMUSAN MASALAH
Adapun rumusan masalah penulisan makalah ini yaitu ;
1.    Jelaskan mengenai permasalahan kesehatan reproduksi dan perempuan di komunitas
2.    Jelaskan tentang metode Havard, GAM, KPP, pohon masalah, pohon harapan, dan diagram venn

















BAB II
PEMBAHASAN
A.    Permasalahan Kespro Dan Perempuan Di Komunitas
Defenisi kesehatan reproduksi menurut WHO yaitu suatu keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial yang utuh bukan hanya bebas dari penyakit atau kecacatan dalam segala aspek yang berhubungan dengan sistem reproduksi, fungsi dan prosesnya.
Dalam pengertian kesehatan reproduksi secara lebih mendalam, bukan semata-mata sebagai pengertian klinis (kedokteran) saja tetapi juga mencakup pengertian sosial (masyarakat). Intinya goal kesehatan secara menyeluruh bahwa kualitas hidupnya sangat baik. Namun, kondisi sosial dan ekonomi terutama di negara-negara berkembang yang kualitas hidup dan kemiskinan memburuk, secara tidak langsung memperburuk pula kesehatan reproduksi wanita. Indikator-indikator permasalahan kesehatan reproduksi wanita di Indonesia antara lain:
1.    Gender, adalah peran masing-masing pria dan wanita berdasarkan jenis kelamin menurut budaya yang berbeda-beda. Gender sebagai suatu kontruksi social mempengaruhi tingkat kesehatan, dan karena peran gender berbeda dalam konteks cross cultural berarti tingkat kesehatan wanita juga berbeda-beda.
Peran gender yang menganggap status wanita yang rendah berakumulasi dengan indikator-indikator lain seperti kemiskinan, pendidikan, kawin muda dan beban kerja yang berat mengakibatkan wanita juga kekurangan waktu, informasi, untuk memperhatikan kesehatan reproduksinya.
2.    Kemiskinan, antara lain mengakibatkan:
a.    Makanan yang tidak cukup atau makanan yang kurang gizi
b.    Persediaan air yang kurang, sanitasi yang jelek dan perumahan yang tidak layak.
c.    Tidak mendapatkan pelayanan yang baik.
3.    Pendidikan yang rendah.
Kemiskinan mempengaruhi kesempatan untuk mendapatkan pendidikan. Kesempatan untuk sekolah tidak sama untuk semua tetapi tergantung dari kemampuan membiayai. Dalam situasi kesulitan biaya biasanya anak laki-laki lebih diutamakan karena laki-laki dianggap sebagai pencari nafkah utama dalam keluarga. Dalam hal ini bukan indikator kemiskinan saja yang berpengaruh tetapi juga gender berpengaruh pula terhadap pendidikan. Tingkat pendidikan ini mempengaruhi tingkat kesehatan.Orang yang berpendidikan biasanya mempunyai pengertian yang lebih besar terhadap masalah-masalah kesehatan dan pencegahannya.Minimal dengan mempunyai pendidikan yang memadai seseorang dapat mencari merawat diri sendiri, dan ikut serta dalam mengambil keputusan dalam keluarga dan masyarakat.
4.    Kawin muda
Di negara berkembang termasuk Indonesia kawin muda pada wanita masih banyak terjadi (biasanya di bawah usia 18 tahun). Hal ini banyak kebudayaan Yang menganggap kalau belum menikah di usia tertentu dianggap tidak laku. Ada juga karena faktor kemiskinan, orang tua cepat-cepat mengawinkan anaknya agar lepas tanggung jawabnya dan diserahkan anak wanita tersebut kepada suaminya.Ini berarti wanita muda hamil mempunyai resiko tinggi pada saat persalinan. Disamping itu resiko tingkat kematian dua kali lebih besar dari wanita yang menikah di usia 20 tahunan. Dampak lain, mereka putus sekolah, pada akhirnya akanbergantung kepada suami baik dalam ekonomi dan pengambilan keputusan.
5.    Kekurangan gizi dan Kesehatan yang buruk.
Menurut WHO di negara berkembang terrnasuk Indonesia diperkirakan 450 juta wanita tumbuh tidak sempurna karena kurang gizi pada masa kanak-kanak, akibat kemiskinan. Jika pun berkecukupan, budaya menentukan bahwa suami dan anak laki-laki mendapat porsi yang banyak dan terbaik dan terakhir sang ibu memakan sisa yang ada. Wanita sejak ia mengalami menstruasi akan membutuhkan gizi yang lebih banyak dari pria untuk mengganti darah yang keluar. Zat yang sangat dibutuhkan adalah zat besi yaitu 3 kali lebih besar dari kebutuhan pria. Di samping itu wanita juga membutuhkan zat yodium lebih banyak dari pria, kekurangan zat ini akan menyebabkan gondok yang membahayakan perkembangan janin baik fisik maupun mental. Wanita juga sangat rawan terhadap beberapa penyakit, termasuk penyakit menular seksual, karena pekerjaan mereka atau tubuh mereka yang berbeda dengan pria.Salah satu situasi yang rawan adalah, pekerjaan wanita yang selalu berhubungan dengan air, misalnya mencuci, memasak, dan sebagainya.Seperti diketahui air adalah media yang cukup berbahaya dalam penularan bakteri penyakit.
6.    Beban Kerja yang berat.
Wanita bekerja jauh lebih lama dari pada pria, berbagai penelitian yang telah dilakukan di seluruh dunia rata-rata wanita bekerja 3 jam lebih lama. Akibatnya wanita mempunyai sedikit waktu istirahat, lebih lanjut terjadinya kelelahan kronis stress, dan sebagainya.Kesehatan wanita tidak hanya dipengaruhi oleh waktu kerja, tetapi juga jenis pekerjaan yang berat, kotor dan monoton bahkan membahayakan.Di India banyak kasus keguguran atau kelahiran sebelum waktunya pada musim panen karena wanita terus-terusan bekerja keras. Dibidang pertanian baik pria maupun wanita dapat terserang efek dari zat kimia (peptisida), tetapi akan lebih berbahaya jika wanita dalam keadaan hamil, karena akan berpengaruh terhadap janin dalam kandungannya. Resiko-resiko yang harus dialami bila wanita bekerja di industri-industri misalnya panas yang berlebihlebihan, berisik, dan cahaya yang menyilaukan, bahan kimia, atau radiasi.
B.    Metode Havard
dikembangkan oleh Harvard Institute for InternationalDevelopment bekerja sama dengan Kantor Women in Development (WID)-USAID. Model Harvard didasarkan pada pendekatan efisiensi WID yang merupakan kerangka analisis gender dan perencanaan gender paling awal.Model analisis Harvard lebih sesuai digunakan untuk perencanaan proyek,menyimpulkan data basis atau data dasar.
a.    Tujuan Kerangka Harvard :
1.    Untuk menunjukkan bahwa ada suatu investasi secara ekonomi yang dilakukan oleh perempuan dan laki-laki secara rasional.
2.    Untuk membantu para perencana merancang proyek yang lebih efisien dan memperbaiki produktivitas kerja secara menyeluruh.
3.    Mencari informasi yang lebih rinci sebagai dasar untuk mencapai tujuan efisiensi dengan tingkat keadilan gender yang optimal.
4.    Untuk memetakan pekerjaan laki-laki dan perempuan dalam masyarakat dan melihat faktor penyebab perbedaan.
b.    Fokus analisis havard
Terdiri dari empat fokus analisis yakni: akses, partisipasi, kontrol, manfaat
1)    Akses: Apakah intervensi pembangunan memberi ruang atau membuka pintu bagi laki-laki dan perempuan untuk terlibat dan mendapatkan manfaat dari intervensi tersebut.
2)    Partisipasi: Apakah laki-laki dan perempuan terlibat secara nyata dalam proses intervensi tersebut. Bilamana tidak, apa kendala yang dihadapi?
3)    Kontrol: Apakah laki-laki dan perempuan sama-sama memiliki kekuatan/kekuasaan terhadap pengambilan keputusan terkait dengan intervensi tersebut
4)    Manfaat: Apakah intervensi itu benar-benar menguntungkan laki-laki dan perempuan? Keuntungan mana yang akan bertambah, atau mana yang akan menguntungkan untuk laki-laki dan mana yang akan menguntungkan untuk perempuan?
c.    Alat  Analisis Harvard
1)    Profil Kegiatan Berguna untuk mengidentifikasi pekerjaan produktif dan reproduktif dengan pertanyaan kunci: siapa melakukan apa.
Kegiatan    Laki laki    perempuan
A.    Aktivitas produksi
1.    Menanam padi

2.    Menuai padi   


_   




B.    Aktiitas reproduksi
1.    Menjaga anak

2.    Memasak

3.    membersihkan rumah   
_

_

_   






2)    Akses dan Kontrol – Sumber dan Manfaat
Bermanfaat untuk menolong pengguna untuk membuat daftar sumber-sumber daya keluarga atau warga atas kegiatan yang dilakukan pada Alat 1. Alat ini menunjukkan apakah perempuan atau laki-laki mempunyai akses atas sumber-sumber daya, siapa yang mengontrol pengunaannya, siapa yang mengontrol pemanfaatan atas sumber-sumber daya milik keluarga atau warga. Akses adalah peluang untuk memanfaatkan sumber-sumberdaya tetapi tidak mempunyai hak untuk mengontrolnya, sedangkan Kontrol adalah kekuasaan untuk mengambil keputusan akan penggunaan sumberdaya serta keuntungannya.
Profil akses dan kontrol atas sumber daya dan benefit.
    Akses    Kontrol
    Laki laki    perempuan    Laki laki    Perempuan
Sumber daya

1.    Sawah

2.    Alat produksi

3.    Uang

4.    Pendidikan


5.    Pelatihan

dst
   











   










-

   













   



-

¬_

-


-
Benefit
1.    Pendapatan dari luar

2.    Aset kepemilikan

3.    Kebutuhan dasar (makanan, pakaian, tempat tinggal)

4.    Pendidikan   













   













   













    -


-



-





-






3)    Faktor-faktor Yang Memengaruhi
Berguna untuk mendapatkan informasi faktor-faktor yang memengaruhi perbedaan-perbedaan  gender dalam hal ketenagaan kerja, akses dan kontrol sebagaimana yang terdaftar dalam Alat 1 dan Alat 2. Identifikasi faktor-faktor  yang berpengaruh baik pada masa lampau maupun masa sekarang menolong untuk memberikan indikasi/tanda bagi tren di masa depan.Identifikasi ini penting karena akan menunjukan kesempatan dan hambatan baik bagi perempuan maupun laki-laki karena perbedaan gender mereka.
Factor factor yang mempengaruhi    Hambatan    Kesempatan
1.    Norma masyarakat dan hirarki sosial








2.    Faktor demografi

3.    Faktor ekonomi


4.    Pendidikan

Dst    Anggapan masyarkat bahwa pekerjaan rumah tangga ( seperti memasak, menjaga anak, bersih bersih rumah) adalah tugas perempuan

-


Masih tingginya tingkat Kemiskinan

Tingginya biaya pendidikan    Mencari nafkah adalah tugas utama lelaki









Lahan pertanian yang luas

-



Adanya pendidikan gratis



C.    Gender Analysis Matrix (GAM)
Matriks Analisis Gender adalah alat analisis yang menggunakan metodologi partisipatif untuk memfasilitasi definisi dan analisis isu-isu gender oleh masyarakat yang terpengaruh oleh mereka. Menggunakan Matriks Analisis Gender akan memberikan artikulasi unik dari isu-isu serta mengembangkan kapasitas analisis jender dari tingkat akar rumput ke atas.
Matrix analisis (GAP/POP)
Tujuan Kebijakan    Data pembuka wawasan    Factor kesenjangan    Isu gender    Reformulasi kebijakan    Indicator gender    sasaran
Program :
Pengendalian jumlah penduduk

Kegiatan:
program keluarga berrencana (KB)

Tujuan :
menjamin terkendalinya pertambahan penduduk.    berdasarkan SDKI 2002-2003, peserta KB Pria di Indonesia hanya berada pada kisaran 1,3 % dari target propenas 2000-2004 yang mencapai angka 8 %    Akses :
Masih terbatasnya pilihan alat kontrasepsi pria dibandingkan perempuan

Partisipasi :
Masih kurang pria yang ikut berpartisipasi dalam program KB dibandingkan perempuan

Kontrol :
Pengambilan keputusan untuk berKB masih ditangan suami meskipun wanita yang akan menggunakan alat kontrasepsinya

Manfaat:
Laki laki lebih terbebas dari efek samping yang kemungkinan dialami karena menjadi akseptor KB    Dalam masyarakat, laki laki lebih dominan mengambil keputusan terutama yang menyangkut penggunaan alat kontrasepsi

Masih ada anggapan bahwa hamil adalah urusan perempuan
    Tujuan Program :
 Meningkatkan peran serta pria dalam KB untuk mendukung program keluarga berencana nasional    Laki laki dan perempuan memiliki pilihan yang sama banyaknya dalam hal jenis kontrasepsi yang ingin dipilih

Laki laki dan perempuan mendapatkan informasi yang yang jelas tentang KB

Kesepakatan antara laki laki (suami) dan perempuan( istri) mengenai penggunaan alat kontrasepsi demi keuntungan bersama.    Jumlah peserta KB pria memenuhi target propenas ( mencapai angka ≥ 8 %)

D.    Kerangka Pemberdayaan Perempuan(KPP)
1.    Pengertian
Merupakan Metode untuk mengubah sikap, menjelaskan peran pemberdayaan pada proses pembangunan. Memikirkan bagaimana pemberdayaan perempuan dan makna persamaan dalam praktek serta seberapa jauh suatu intervensi akan mendukung pemberdayaan.Didesain oleh Sara Hlupekile Longwe, konsultan gender danpembangunan di Zambia.
Pemberdayaan didefinisikan sebagai sesuatu yang memungkinkan perempuan mengambil tempat yang sama dengan laki-laki, dan terlibat secara sama dalam proses pembangunan untuk mencapai kontrol atas faktor-faktor produksi di atas landasan yang sama dengan laki-laki.
2.    Kelebihan
a.    Memungkinkan penilaian tentang manfaat dan apa yang masih harus dikerjakan
b.    Mampu menjelaskan peran pemberdayaan dalam pembangunan karena sebelumnya tidak diakui atau dihargai.
c.    Memiliki perspektif politik yang sangat kuat.
3.    Kekurangan
a.    Statis, tidak mengindahkan situasi berubah
b.    Melihat hubungan hanya berkenaan dengan persamaan, bukan sistem hak, klaim, tanggung jawab
c.    Tidak mempertimbangkan bentuk ketidakadilan lain

    Tingkat Persamaan    Tingkat pengakuan isu perempuan
Sektor    Proyek     Kesejahteraan    Akses    Penyadaran    Partisipasi    Kontrol   
Pertanian                           
Pendidikan
&pelatihan    Aksi Hukum    ya    Ya    Ya    Ya    Ya    Positif
Perdagangan&
industri    Membuat keranjang    ya    Ya    Ya    Ya    Ya    Negatif
KERANGKA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN PEREMPUAN
Tingkat
Pemberdayaan    Uraian    Tindakan untuk pemberdayaan    Permasalahan
Kontrol    Tingkat tertinggi dari ketidakadilan dan pemberdayaan gender    Perwakilan setara, peran aktif dalam pengembangan , diakuinya sumbangan masing masing- masing. Memperhatikan dan mencari tujuan yang lebih luhur    Bagaimana kegiatan yang ada dapat dipertahankan dan dikembangkan ke tingkat yang lebih tinggi
Partisipasi     Perempuan telah mencapai tingkat dimana mereka mengambil keputusan disamping laki laki     Mengorganisir diri bekerja dalam kelompok, maka mereka akan memperoleh perwakilan    Cara cara apa yang harus digunakan ?
Kesadaran kritis    Kesadaran bahwa permasalahan permasalahan bersifat struktural dan berasal daridiskriminasi yang melembaga      Kesadaran tentang peran mereka dalam menguatkan atau mengubah keadaan yang merugikan     Apa yang harus dilakukan?
Akses    Menyangkut kesetaraan akses terhadap sumberdaya dan manfaat    Kesadaran bahwa tidak adanya akses merupakan penghalang terjadinya peningkatan dan kesejahteraan    Mengapa kita mempunyai permasalahan?
Kesejahteraan    Hanya menangani kebutuhan dasar tanpa mencoba memecahkan penyebab struktural yang menjadi akar masalah     Pemberdayaan mencakup kehendak untuk memahami permasalahan yang dihadapi dan kebutuhan     Apa permasalahan kita?

E.    Diagram Pohon (tree diagram)/ pohon masalah dan pohon harapan
a.    Pengertian diagram Pohon (tree diagram)
Diagram Pohon (Tree Diagram) merupakan suatu alat yang menggambarkan suatu hubungan yang kompleks dari berbagai faktor yang berkaitan yang cocok satu dengan yang lain dalam bentuk hirarkhi. Diagram Pohon (Tree Diagram) ini menggambarkan serangkaian hubungan timbal balik dengan menggunakan "gambar pohon" dengan berbagai cabangnya. Titik temu cabang menunjukkan faktor-faktor yang saling berkaitan satu dengan yang lain tergantung dari "ketentuan cabang-cabang" tersebut. Penentuan faktor pada titik temu cabang yang tertera serta "ketentuan pencabangan" yang dipergunakan ditentukan oleh maksud dan tujuan dari "diagram pohon" tersebut. Sebagai contoh, untuk tujuan proyek, disebut dengan "Pohon Tujuan" (Objective Tree) yang menggambarkan adanya hubungan hirarkhi tujuan.
Dalam kaitannya dengan penyusunan dan pengembangan rancangan suatu proyek atau program, Diagram Pohon yang umum dipergunakan adalah "Pohon Masalah" (Problem Tree) dan "Pohon Tujuan / Harapan" (Objective Tree).
Pohon masalah merupakan diagram yang menggambarkan masalah, sebab dan akibat. Ini dilakukan setelah masyarakat menyususn masalah prioritas Teknik menggunakan pohon masalah disebut juga teknik analisis masalah.
b.    Langkah langkah menggunakan teknik analisa masalah
1.    Identifikasi masalah utama yang perlu dipecahkan
2.    Identifikasi masalah penyebab
3.    Mengelompokan sebab sebab permasalahan
4.    Identifikasi tingkat penyebab
5.    Menentukan tujuan dan harapan
6.    Memprioritaskan penyebab yang paling mendesak
7.    Memprioritaskan harapan yang paling efektif, mudah realistis, untuk dicapai
8.    Menyusun rencana kegiatan tentang what, who, where, when, why, how (5W, 1 H)
c.    Kegunaan Pohon Masalah
1.    Mengidentifikasi suatu keterhubungan antar berbagai masalah, sehingga diketahui :
    hubungan sebab akibat
    tingkat keterhubungan antar masalah
    hirarki kepentingan masalah
2.    Dari point pertama, dapat ditentukan tindakan penanganan penyebab masalah tsb.
3.    Dengan mengetahui tingkat keterkaitan antar masalah, dapat ditentukan hirarki kepentingan masalah. Aspek ini penting untuk penanganan masalah.
4.    Penyusunan masalah dalam suatu struktur yang sistematis akan sangat membantu dalam penyusunan tujuan dan sasaran penanganan masalah.

Pohon masalah Permasalahan Kesehatan Reproduksi dan perempuan di komunitas




















Pohon Harapan Permasalahan Kesehatan Reproduksi dan perempuan di komunitas

















F.    Diagram venn
Diagram Venn atau diagram set adalah diagram yang menunjukkan semua kemungkinan hubungan logika dan hipotesis di antara sekelompok (set/himpunan/grup) benda/objek. Sebagai bagian ilmu matematika, diagram Venn ini pertama kali diperkenalkan pada tahun 1880 oleh John Venn untuk menunjukkan hubungan sederhana dalam topik-topik dibidang logika, probabilitas, statistik,linguistik dan ilmu komputer.
Salah satu permasalahan perempuan adalah masih tingginya angka kematian ibu yaitu sebesar 228 per 100.000 Kelahiran Hidup(SDKI, 2007).Tingginya angka kematian ibu menggambarkan masih rendahnya derajat kesehatan perempuan.Di bawah ini terdapat diagram venn yang menggambarkan  distribusi presentase penyebab kematian ibu melahirkan.

Diagram venn distribusi presentase penyebab kematian ibu melahirkan.
Sumber : Departemen Kesehatan

Grafik diatas menunjukkan distribusi persentase penyebab kematian ibu melahirkan, berdasarkan data tersebut dapat dilihat ada tiga faktor utama penyebab kematian ibu melahirkan yakni, pendarahan, hipertensi saat hamil atau pre eklamasi dan infeksi.

BAB III
PENUTUP
A.    KESIMPULAN
•    Indikator-indikator permasalahan kesehatan reproduksi wanita di Indonesia antara lain Gender, Kemiskinan, Pendidikan rendah, Kawin muda, Kekurangan gizi dan kesehatan yang buruk, beban erja yang berat,
•    Analisis Havard terdiri dari empat fokus analisis yakni: akses, partisipasi, kontrol, manfaat
•    Matriks Analisis Gender adalah alat analisis yang menggunakan metodologi partisipatif untuk memfasilitasi definisi dan analisis isu-isu gender oleh masyarakat yang terpengaruh oleh mereka.
•    KPP Merupakan Metode untuk mengubah sikap, menjelaskan peran pemberdayaan pada proses pembangunan.
•    Dalam kaitannya dengan penyusunan dan pengembangan rancangan suatu proyek atau program, Diagram Pohon yang umum dipergunakan adalah "Pohon Masalah" (Problem Tree) dan "Pohon Tujuan / Harapan" (Objective Tree).
•    Diagram Venn atau diagram set adalah diagram yang menunjukkan semua kemungkinan hubungan logika dan hipotesis di antara sekelompok (set/himpunan/grup) benda/objek.
B.    SARAN

Sebagai tenaga kesehatan yang bekerja di komunitas, hendaknya setiap bidan menguasai metode havard, GAM, KPP, Pohon masalah, pohon harapan, dan diagram venn





DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2010. Teknik analisis Gender ( terjemahan ). Avaible from http://www.google.co.id/url?q=http://trisakti.staff.umm.ac.id/files/2010/03/Teknik-Analisis-Gender-Lemlit.pps&sa=U&ei=cdohUOK6NMnYrQe4toDIAg&ved=0CBIQFjAB&usg=AFQjCNHaZ6i1INGIdJfJ86Qlv42Rea8wCw diakses tanggal 08 agustus 2012
Anonim. 2008. Kesehatan Reproduksi. Avaible from :http://creasoft.wordpress.com/2008/04/18/kesehatan-reproduksi-wanita/ diakses tgl 07 agustus 2012
Anonim. 2007. Angka kematian ibu melahirkanAvaible from :http://menegpp.go.id/V2/index.php/datadaninformasi/kesehatan?download=23%3Aangka-kematian-ibu-melahirkan-aki. Diakses tanggal 10 Agustus 2012.
Fisaini, Julianadan Arif Fadillah. 2011. Identifikasi Dan Penstrukturan Masalah  II.Avaible from  :  http://komunitas-sipilmenulis.blogspot.com/2011/04/identifikasi-dan-penstrukturan-masalah_23.html diakses tgl 06 Agustus 2012
Kementrian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan anak Republik Indonesia.2010. Modul Pelatihan fasilitator Perencanaan dan penganggaran Daerah yang responsif Gender (PPRG).Jakarta : Kementrian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan anak Republik Indonesia
Meity, Nur. 2009. Konsep Pemikiran Tentang Kesehatan Reproduksi WanitaAvaible from http://ners-meity.blogspot.com/ diakses tgl 06 Agustus 2012
Suyatno. 2010. Modul:Gender Analysis Pathway (GAP)Alur Kerja Analisis Gender (AKAG). Avaible from :http://suyatno.blog.undip.ac.id/files/2010/03/KIA-5-Modul-Analysis-Gender-_Pathway_.pdf. diakses tgl 06 Agustus 2012
Yulifah, Rita dan Tri Johan Agus Yuswanto. 2009. Asuhan Kebidanan Komunitas. Jakarta; Salemba Medika

v

support system dalam kehamilan

BAB I
PENDAHULUAN
1.1.    Latar Belakang
Kehamilan merupakan krisis bagi kehidupan keluarga yang dapat diikuti dengan stres dan kecemasan. Perubahan dan adaptasi selama kehamilan, tidak hanya dirasakan oleh ibu tetapi seluruh anggota keluarga. Oleh karena itu, selama kehamilan seluruh anggota keluarga harus terlibat terutama suami.
Ketersediaan dukungan sosial untuk kesejahteraan psikososial ibu hamil adalah hal yang penting. Dukungan dan kasih sayang dari anggota keluarga dapat memberikan perasaan nyaman dan aman ketika ibu merasa takut dan khawatir dengan kehamilannya.
Selain dukungan dari keluarga, ibu hamil juga memerlukan dukungan dari tenaga kesehatan khususnya bidan yang menemani ibu selama masa kehamilannya
1.2.    Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah :
“Untuk menjelaskan tentang Support System dalam kehamilan
1.3.    Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah penulisan makalah ini yaitu :
1.3.1.    Siapa saja yang perlu memberikan dukungan pada ibu hamil?
1.3.2.    Bentuk dukungan yang bagaimana yang perlu diberikan pada ibu hamil?
















            BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1.    Pentingnya dukungan selama kehamilan
Dukungan selama masa kehamilan sangat dibutuhkan bagi seorang wanita yang sedang hamil, terutama dari orang terdekat apalagi bagi ibu yang baru pertama kali hamil. Seorang wanita akan merasa tenang dan nyaman dengan adanya dukungan dan perhatian dari orang orang terdekat.
Penelitian Werner (2001) menyebutkan bahwa perubahan fisik dan psikologis yang terjadi pada wanita hamil meningkatkan dependency need/ kebutuhan. Penelitian tersebut juga menunjukan kebutuhan akan perhatian yang lebih besar, keinginan memastikan bahwa bantuan yang dibutuhkan telah tersedia dan keinginan akan keterlibatan teman dan keluarga.
Hal ini diperkuat dengan penelitian Marks & Kumar (2001) yang menunjukan bahwa kecemasan yang dialami oleh wanita hamil lebih banyak terdapat pada mereka yang kurang mendapat dukungan sosial.
2.2.     Dukungan yang diperlukan oleh ibu hamil
Dukungan/ support  yang diperlukan oleh ibu hamil dapat berasal dari keluarga dan tenaga kesehatan.
2.2.1.    Dukungan/ support keluarga
Mercer dalam Bryar mendefinisikan keluarga sebagai sistem dinamis yang terdiri atas beberapa subsistem– individu (ibu, ayah, janin/bayi) dan pasangan (ibu-ayah, ibu- janin/ bayi, dan ayah-janin/ bayi) dalam keseluruhan sistem keluarga.
Hubungan antara wanita dan ibunya terbukti signifikasi dalam adaptasi terhadap kehamilan menjadi ibu. Reaksi ibu terhadap kehamilan anaknya menandakan penerimaannya terhadap cucu dan anak perempuannya dan ini akan sangat membantu ibu dalam menghadapi kehamilannya dengan lebih tenang.
Bila ibu mendukung, anak bisa berdiskusi dengan ibunya tentang kehamilan, melahirkan, dan perasaannya apakah merasa senang atau ada penolakan. Rubin dalam menyatakan bahwa bila ibu dari perempuan yang mengandung  terlihat tidak senang dengan kehamilan tersebut, anak perempuan itu mulai merasa ragu terhadap dirinya dan dapat memberikan anaknya kepada orang lain. Sebaliknya bila ibunya menghargai otonominya, anak perempuan tersebut merasa percaya diri.
Walaupun hubungan dengan ibunya adalah penting, tetapi yang terpenting adalah suami, atau ayah dari janinnya.  Seorang perempuan yang berhubungan harmonis dengan suaminya akan mempunyai pengaruh emosional dan gejala fisik yang lebih sedikit, termasuk komplikasi waktu melahirkan dan penyesuaian postpartum.
Penelitian yang dilakukan Retnowati (2007) menyebutkan bahwa sebanyak 61,9 % ibu hamil mendapat dukungan dari suami mempunyai motivasi yang tinggi terhadap pemeriksaan ANC. Hasil penelitian ini diperkuat oleh penelitian Djusmalinar, Erli Zainal, dan Elvina Desmayanti  pada tahun 2011 yang memperoleh kesimpulan hasil penelitian bahwa ada hubungan bermakna antara dukungan suami terhadap meningkatnya kunjungan ANC pada ibu hamil. Hasil penelitian-penelitian tersebut menunjukkan bahwasanya dukungan suami dalam masa kehamilan istrinya sangatlah penting.
Ada 4 jenis dukungan yang dapat diberikan suami sebagai calon ayah bagi anaknya antara lain:
a.    Dukungan emosi
Yaitu suami sepenuhnya memberi dukungan kepada istrinya secara psikologis dengan menunjukkan kepedulian dan perhatian kepada kehamilannya serta peka terhadap kebutuhan emosi ibu hamil
Mercer dalam Bryar (2008) mendefinisikan dukungan emosional sebagai perasaan dicintai, diperhatikan, dipercaya dan dimengerti.
b.    Dukungan Instrumental
Yaitu dukungan suami yang diberikan untuk memenuhi kebutuhan fisik ibu hamil dengan bantuan keluarga lainnya.
c.    Dukungan informasi
Dukungan suami dalam memberikan informasi yang diperolehnya mengenai kehamilan. Menurut Mercer dalam Bryar (2008) dukungan informatif akan membantu ibu untuk menolong dirinya dengan cara memberikan informasi yang berguna untuk menghadapi masalah dan/atau situasi.
d.    Dukungan penilaian
Yaitu memberikan keputusan yang tepat untuk perawatan kehamilan istrinya.
    Dukungan yang dapat diberikan oleh suami misalnya dengan mengantar ibu memeriksakan kehamilan, memenuhi keinginan ibu hamil yang mengidam, mengingatkan minum tablet zat besi, maupun membantu ibu melakukan kegiatan rumah tangga selama ibu hamil.
    Adapun hasil penelitian Indonesia mengatakan bahwa dukungan suami yang diharapkan istri antara lain : Suami sangat mendambakan bayi dalam kandungan istri, suami senang mendapat keturunan, suami menunjukkan kebahagiaan pada kehamilan ini, suami memperhatikan kesehatan istri yakni menanyakan keadaan istri/ janin yang dikandung, suami tidak menyakiti istri, suami menghibur/ menenangkan ketika ada masalah yang dihadapi istri, suami menasehati istri agar tidak terlalu capek, suami membantu tugas istri, suami berdoa untuk keselamatan istrinya dan keselamatannya, suami menunggu ketika istri melahirkan, suami menunggu ketika istri dioprasi (Rukiah dkk, 2010).
    Pada trimester pertama kehamilan, Suami dapat memberikan dukungan dengan mengerti dan memahami setiap perubahan yang terjadi pada istrinya, memberikan perhatian dengan penuh kasih sayang dan berusaha untuk meringankan beban kerja istri.
    Pada Trimester kedua, dukungan yang dapat diberikan oleh keluarga atau suami pada trimester ini adalah bersama sama dengan ibu untuk merencanakan persalinan, ikut mewaspadai adanya komplikasi  dan tanda tanda bahaya, dan bersama sama mempersiapkan suatu rencana apabila terjadi komplikasi.
    Ada trimester ke tiga, keluarga dan suami dapat memberikan dukungan dengan memberikan keterangan tentang persalinan yang akan ibu lalui dan itu hanya masalah waktu saja . Tetap memberikan perhatian dan semangat pada ibu selama menunggu persalinannya. Bersama sama mematangkan persiapan persalinan dengan tetap mewaspadai komplikasi yang mungkin terjadi.
2.2.2.    Support dari tenaga kesehatan
Bidan berperan memberikan support dan dukungan moral bagi klien dalam menghadapi perubahan fisik dan adaptasi psikologis, meyakinkan bahwa klien dapat menghadapi kehamilannya dan perubahan yang dirasakannya adalah sesuatu yang normal. Bidan harus bekerja sama dan membangun hubungan yang baik dengan klien agar terjalin hubungan yang terbuka antara bidan dan klien. Keterbukaan ini akan mempermudah bidan memberikan solusi terhadap permasalahan yang dihadapi klien.
Peran bidan dalam persiapan psikologis ibu hamil yaitu mempelajari keadaan lingkungan ibu hamil. Ibu hamil yang selalu memikirkan mengenai keluarga, keuangan, perumahan dan pekerjaan dapat juga menimbulkan depresi  dan perlu penanggulangan. Untuk itu bidan harus melakukan pengkajian termasuk keadaan lingkungan (latar belakang) sehingga mempermudah dalam melakukan asuhan kebidanan
Bidan juga berfungsi sebagai fasilitator bagi kliennya. Bidan dapat membagi pengalaman yang pernah dirasakan bidan itu sendiri atau menceritakan pengalaman orang lain sehingga klien mampu membayangkan bagaimana cara mereka sendiri untuk menyelesaikan dan menghadapi permasalahannya. Bidan memperkuat pengaruh yang positif misalnya dengan memberikan dukungan mental dan penjelasan tentang kebahagiaan akan mempunyai anak yang diinginkan dan dinantikan.
Bidan juga berperan sebagai pendidik, bidan yang memutuskan apa yang harus diberitahukan kepada klien dalam menghadapi kehamilannya dan agar selalu waspada terhadap setiap perubahan yang terjadi, perilakunya dan bagaimana menghadapi permasalahan yang timbul akibat kehamilannya.
Dalam memberikan informasi dan pendidikan kesehatan, bidan mengurangi pengaruh yang negatif misalnya kecemasan dan ketakutan yang sering ditimbulkan oleh cerita cerita yang menakutkan mengenai kehamilan dan persalinan, pengalaman persalinan yang lampau atau karena kurangnya pengetahuan mengenai proses kehamilan dan persalinan. Bidan mengajarkan dan menganjurkan latihan fisik seperi senam hamil untuk memperkuat otot otot dasar panggul.
Pada trimester pertama, tenaga kesehatan dapat memberi dukungan dengan menjelaskan dan meyakinkan pada ibu bahwa apa yang terjadi padanya adalah sesuatu yang sangat normal, sebagian besar wanita merasakan hal yang serupa pada trimester pertama. Membantu ibu untuk memahami setiap perubahan yang terjadi padanya baik fisik maupun psikologis . Yakinkan bahwa kebanyakan ibu akan merasa lebih baik dan berbahagia pada trimester kedua.
Pada trimester ke dua, ibu sudah mulai merasa lebih sehat dan menginginkan kehamilannya sehingga petugas kesehatan dapat memberikan dukungan dengan mengajarkan kepada ibu tentang nutrisi, pertumbuhan bayi, tanda tanda bahaya, rencana kelahiran dan kegawatdaruratan, karena saat ini merupakan waktu dan kesempatan yang paling tepat.
Trimester ketiga seringkali disebut periode menunggu dan waspada, sebab pada saat itu ibu merasa tidak sabar menunggu kelahiran bayinya. Kewaspadaan ibu terhadap timbulnya tanda dan gejala terjadinya persalinan meningkat .Pada trimester ini, petugas kesehatan dapat memberikan dukungan dengan memberikan penjelasan bahwa yang dirasakan ibu adalah normal, Membicarakan lagi dengan ibu bagaimana tanda tanda persalinan yang sebenarnya dan menenangkan ibu,



















BAB III
PENUTUP
A.    KESIMPULAN
1.    Dukungan selama masa kehamilan sangat dibutuhkan bagi seorang wanita yang sedang hamil, terutama dari orang terdekat apalagi bagi ibu yang baru pertama kali hamil.
2.    Bidan berperan memberikan support dan dukungan moral bagi klien dalam menghadapi perubahan fisik dan adaptasi psikologis
3.    Dalam memberikan support kepada ibu hamil, bidan juga berperan sebagai fasilitator dan pendidik
B.    SARAN
Sebagai tenaga kesehatan hendaknya kita senantiasa memberikan dukungan/ support kepada setiap ibu hamil agar supaya mereka dapat menerima perubahan fisik dan psikologis yang mereka alami dan dapat memperoleh dukungan moral yang dapat membuat mereka lebih nyaman dalam menjalani kehamilannya







DAFTAR PUSTAKA
Asrinah, dkk. 2010. Asuhan Kebidanan Masa Kehamilan. Graha Ilmu; Yogyakarta.
Bryar. Rosamund. 2008. Teori Praktik Kebidanan. Jakarta; EGC
Henderson, Christine, Kathleen Jones. 2005. Buku ajar konsep kebidanan. Jakarta; EGC.
Kusmiyati, Yuni. Dan Heni puji Wahyuningsih. 2009. Perawatan Ibu Hamil (Asuhan Ibu Hamil). Yogyakarta;  Fitramaya.
Rukiah, Ai yeyen. Dkk. 2009. Asuhan Kebidanan I (Kehamilan). Jakarta: TIM.
Salmah. dkk. 2006. Asuhan Kebidanan Antenatal. Jakarta; EGC

Kamis, 07 Juni 2012

bahan ajar konsep asuhan neonatus


BAB II
KONSEP ASUHAN NEONATUS, BAYI DAN BALITA
Oleh :Tasliyah Noor Ningtiyas
1.      Deskripsi singkat
Mata kuliah ini membahas tentang adaptasi bayi baru lahir, rawat gabung, pencegahan infeksi dan asuhan bayi 2-6 hari
2.      Manfaat
Dengan mempelajari konsep asuhan neonatus, bayi, dan balita mahasiswa diharapkan akan mampu memberikan asuhan kebidanan  pada neonatus yang secara benar mengingat bahwasanya kurang baiknya penanganan bayi baru lahir yang sehat akan menyebabkan kelainan-kelainan yang mengakibatkan cacat seumur hidup, bahkan kematian
3.      Sasaran belajar
Setelah mengikuti pertemuan ini, mahasiswa diharapkan akan mampu  menjelaskan dan menerapkan konsep asuhan neonatus, bayi dan balita yang meliputi adaptasi bayi baru lahir, rawat gabung, pencegahan infeksi dan asuhan bayi 2-6 hari
4.      Penyajian
4.1. Adaptasi bayi baru lahir
Adaptasi bayi baru lahir adalah proses penyesuaian fungsional neonatus dari kehidupan di dalam uterus ke kehidupan di luar uterus . Kemampuan adaptasi fisiologis ini disebut juga Homeostatis.
Homeostatis adalah kemampuan mempertahankan fungsi fungsi vital, bersifat dinamis, dipengaruhi oleh tahap pertumbuhan dan perkembangan, termasuk masa pertumbuhan dan perkembangan intrauterin (Muslihatun,2010).
Beberapa perubahan fisiologis yang dialami bayi baru lahir antara lain yaitu :
4.1.1.      Sistem pernapasan
Pernafasan pertama pada bayi normal terjadi pada waktu 30  detik pertama sesudah lahir. Usaha bayi pertama kali untuk mempertahankan tekanan alveoli, selain karena adanya surfaktan, juga karena adanya tarikan napas  dengan merintih sehingga udara bisa tertahan di dalam. Untuk  frekuensi dan dalamnya nafas belum teratur. Apabila surfaktan kurang, maka alveoli akan kolaps  dan paru paru kaku, sehingga terjadi atelektatis.
Dalam kondisi seperti ini (anoksia), neonatus masih dapat mempertahankan hidupnya karena adanya kelanjutan metabolisme anaerob  (Dewi, 2010).
4.1.2.      Suhu Tubuh
Bayi baru lahir belum dapat mengatur suhu tubuhnya, sehingga akan mengalami stress dengan adanya perubahan lingkungan dari dalam rahim ibu ke lingkungan luar yang suhunya lebih tinggi.
Gambar 2.1. Mekanisme Hilangnya panas pada bayi baru lahir
Terdapat empat kemungkin  mekanisme yang dapat menyebabkan bayi kehilangan panas yaitu :
4.2.1.2.Konduksi
Konduksi adalah kehilangan panas dari objek hangat dalam kontak langsung dengan objek yang lebih dingin (Walsh, 2007).
Panas dihantarkan dari tubuh bayi ke benda di sekitarnya yang kontak langsung dengan tubuh bayi (pemindahan panas dari tubuh bayi ke objek lain melalui kontak langsung).
Sebagai contoh, konduksi bisa terjadi ketika menimbang bayi tanpa alas timbangan, memegang bayi saat tangan dingin, dan menggunakan stetoskop dingin untuk pemeriksaan bayi baru lahir  (Dewi, 2010).
4.2.1.3.Radiasi
Kehilangan panas melalui radiasi terjadi ketika panas dipancarkan dari bayi baru lahir keluar dari tubuhnya ke lingkungan yang lebih dingin (pemindahan panas antara 2 objek yang mempunyai suhu berbeda).
Contohnya, membiarkan bayi baru lahir dalam ruangan ber AC tanpa pemanas, membiarkan bayi baru lahir dalam keadaan telanjang, atau menidurkan bayi baru lahir berdekatan dengan ruangan yang dingin (Dewi, 2010).
4.2.1.4.Konveksi
Konveksi terjadi saat panas hilang dari tubuh bayi ke udara di sekitarnya yang sedang bergerak (jumlah panas yang hilang bergantung pada kecepatan dan suhu udara).
Contohnya konveksi dapat terjadi ketika membiarkan atau menempatkan bayi baru lahir dekat jendela, atau membiarkan bayi baru lahir di ruangan yang terpasang kipas
4.2.1.5.Evaporasi
Adalah jalan utama bayi kehilangan panas. jika saat lahir tubuh bayi tidak segera dikeringkan dapat terjadi kehilangan panas tubuh bayi sendiri. Kehilangan panas juga terjadi pada bayi yang terlalu cepat dimandikan dan tubuhnya tidak segera dikeringkan dan diselimuti.
Apabila bayi baru lahir diletakkan dalam suhu kamar 25°C, maka bayi akan kehilangan panas melalui konveksi, radiasi, dan evaporasi yang besarnya 200 kg/BB, sedangkan yang dibentuk hanya sepersepuluhnya saja  (Dewi, 2010)
4.1.3.      Metabolisme
Luas permukaan tubuh nonatus, relatif lebih luas dari orang dewasa sehingga metabolisme basal per kg BB akan lebih besar. Bayi baru lahir harus menyesuaikan diri dengan lingkungan baru sehingga energi  diperoleh dari metabolisme karbohidrat dan lemak.
Pada jam jam pertama energi didapatkan dari perubahan karbohidrat. Pada hari kedua, energi berasal dari pembakaran lemak. Setelah mendapatkan susu kurang lebih pada hari ke enam, pemenuhan kebutuhan energy bayi 60% didapatkan dari lemak dan 40% didapatkan dari karbohidrat. (Muslihatun, 2010).
4.1.4.      Sistem peredaran darah
Pada sistem peredaran darah, terjadi perubahan fisiologis pada bayi baru lahir, yaitu setelah bayi itu lahir akan terjadi proses penghantaran oksigen ke seluruh tubuh , maka terdapat perubahan, yaitu penutupan foramen ovale pada atrium jantung dan dan penutupan duktus arteriosus antara arteri paru dan aorta.
Perubahan ini terjadi akibat adanya tekanan pada seluruh sistem pembuluh darah, dimana oksigen dapat menyebabkan sistem pembuluh darah mengubah tenaga dengan cara meningkatkan atau mengurangi resistensi.
Perubahan tekanan sistem pembuluh darah dapat terjadi pada saat tali pusat dipotong, resistensinya kan meningkat dan tekanan atrium kanan akan menurun karena darah ke atrium berkurang yang dapan menyebabkan volume dan tekanan atrium kanan juga menurun. Proses tersebut membantu darah mengalami proses oksigenasi ulang, serta saat terjadi pernapasan pertama dapat menurunkan resistensi dan meningkatkan tekanan atrium kanan. Kemudian oksigen pada pernapasan pertama dapat menimbulkan relaksasi dan terbukanya sistem pembuluh darah paru yang dapat menurunkan resistensi pembuluh darah paru.
Terjadinya peningkatan sirkulasi paru mengakibatkan peningkatan volume darah dan tekanan pada atrium kanan, dengan meningkatnya tekanan pada atrium kanan  akan terjadi penurunan atrium kiri, foramen ovale akan menutup, atau dengan pernapasan kadar oksigen dalam darah akan meningkat yang dapat menyebabkan duktus arteriosus mengalami konstriksi dan menutup
Perubahan lain menutupnya vena umbilikus, duktus venosus, dan arteri hipogastrika dari tali pusat menutup secara fungsional dalam beberapa menit setelah tali pusat di klem dan penutupan jaringan fibrosa membutuhkan waktu sekitar 2-3 bulan ( Betz dan Sowden dalam Aziz, 2008).
4.1.5.      Keseimbangan air dan fungsi ginjal
Tubuh bayi baru lahir relatif mengandung lebih banyak air dan kadar natrium relatif lebih besar dari kalium karena ruangan ekstraseluler luas. Fungsi ginjal belum sempurna karna jumlah nefron masih belum sebanyak orang dewasa, keseimbangan luas permukaan glomerolus dan volume tubulus proksimal, serta renal Blood flow relatif kurang bila dibandingkan orang dewasa (Muslihatun, 2010).
Pada waktu lahir, terjadi perubahan fisiologik yang menyebabkan berkurangnya cairan ekstraseluler. Dengan ginjal yang makin matur dan beradaptasi dengan kehidupan ekstrauterin, ekskresi urin bertambah mengakibatkan berkurangnya cairan ekstraseluler (sebagai salah satu penyebab turunnya berat badan bayi baru lahir pada minggu minggu permulaan) (Saifuddin, 2006).
4.1.6.      Keseimbangan asam basa
Tingkat keasaman (PH) darah pada waktu lahir umumnya rendah karena glikolisis anaerobik. Namun, dalam waktu 24 jam, neonatus telah mengkompensasi asidosis ini (Dewi, 2010).
4.2. Rawat gabung
Gambar 2.2. Rawat Gabung
4.2.1.      Pengertian rawat Gabung
Rawat gabung adalah cara perawatan ibu dan bayi yang baru dilahirkan tidak dipisahkan melainkan ditempatkan dalam sebuah ruangan, kamar atau tempat bersama-sama selama 24 jam penuh dalam seharinya.
Dengan kata lain rawat gabung adalah suatu sistem perawatan ibu dan bayi bersama sama atau pada tempat yang berdekatan sehingga memungkinkan sewaktu waktu atau setiap saat ibu tersebut dapat menyusui bayinya.
4.2.2.      Pembagian Rawat Gabung
Menurut sifatnya, rawat gabung dibedakan menjadidua yaitu:
Ø  Rawat gabung kontinu, yaitu bayi berada disamping ibu terus menerus.
Ø  Rawat gabung intermitten, yaitu bayi hanya sewaktu waktu saja bersama ibu, misalnya pada saat akan menetek saja.
4.2.3.      Tujuan rawat gabung secara umum
Tujuan rawat gabung secara umum yaitu :
Ø   Membina hubungan emosional antara ibu dan bayi
Ø  Meningkatkan penggunaan ASI
Ø  Pencegahan infeksi dan
Ø   Pendidikan kesehatan bagi ibu.
Ibu dapat melihat dan memahami cara perawatan bayi yang benar yang dilakukan oleh petugas.
4.2.4.      Syarat dilakukannya rawat gabung
Adapun Syarat dilakukannya rawat gabung antara lain yaitu :
Ø  Bayi lahir spontan, baik presentasi kepala maupun bokong
Ø  Apabila bayi lahir dengan tindakan, rawat gabung dilakukan setelah bayi cukup sehat
Ø  Refleks menghisap baik.
Ø  Tidak ada tanda tanda infeksi dll.
Ø  Apabila bayi lahir dengan seksio sesarea dengan pembiusan umum, rawat gabung dilakukan setelah ibu sadar dan bayi tidak mengantuk. ,4-6 jam setelah operasi usai.
Ø  Nilai APGAR >7
Ø  Umur kehamilan ≥37 minggu
Ø  Berat lahir ≥2.500 gram
Ø  Tidak terdapat tanda tanda infeksi intrapartum
Ø  Bayi dan ibu dalam keadaan sehat.
4.2.5.      Kontraindikasi Rawat Gabung
Dari ibu:
Ø  Kardiorespirasi tidak normal ( ibu ibu dengan Compensatio cordis tingkat III tidak dianjurkann menyusui)
Ø  Pascaeklamsi kesadaran belum baik.
Ø  Infeksi akut(tuberkulosis aktif), Hepatitis, HIV/AIDS, citomegalovirus (CMV), herpes, kanker payudara, dan psikosis.
Dari bayi:
Ø  Bayi kejang/ kesadaran menurun
Ø  Penyakit jantung/paru berat
Ø  Bayi yang memerlukan perawatan khusus/pengawasan intensif
Ø  Bayi dengan cacat bawaan tidak mampu menetek
4.2.6.      Manfaat rawat gabung
Manfaat rawat gabung antara lain :
4.2.6.1.Aspek fisik
ü  Mengurangi kemungkinan infeksi silang dari pasien lain atau petugas.
ü  Dengan menyusui dini kolostrum dapat memberikan kekebalan.
ü  Ibu dengan mudah dapat mengetahui perubahan perubahan yang terjadi pada bayinya  karena setiap saat dapat melihat bayinya.
4.2.6.2.Aspek Fisiologis
ü  Terjalin proses lekat akibat sentuhan badaniah antar ibu dan bayinya
ü  Bayi merasa terlindungi
4.2.6.3.Aspek edukatif
Ibu mempunyai pendidikan dan pengalaman yang berguna sehingga mampu menyusui serta merawat bayinya.
4.2.6.4.Aspek ekonomi
Penghematan anggaran dan pengeluaran untuk pembelian susu buatan.
4.2.6.5.Aspek medis
Menurunkan terjadinya infeksi nosokominal juga menurunkan angka morbiditas dan mortalitas (Muslihatun, 2010).
4.3.Pencegahan infeksi
Pencegahan infeksi merupakan bagian yang terpenting dari setiap komponen perawatan bayi baru lahir. Bayi baru lahir sangat rentan terhadap infeksi karena sistem imunitasnya masih kurang sempurna (Sudarti dan Endang, 2010)
Tindakan pencegahan infeksi pada bayi baru lahir, adalah sebagai berikut :
4.3.1.      Mencuci tangan secara seksama sebelum dan setelah melakukan kontak dengan bayi.
4.3.2.      Memakai sarung tangan bersih pada saat menengani bayi yang belum dimandikan.
4.3.3.      Memastikan semua peralatan termasuk klem gunting dan benang tali pusat telah didisinfeksi tingkat tinggi atau steril. Jika menggunakan bola  karet  penghisap, pakai yang bersih dan baru. Jangan pernah menggunakan bola karet penghisap untuk lebih dari satu bayi.
4.3.4.      Memastikan bahwa  semua pakaina, handuk, selimut serta kain yang digunakan untuk bayi, telah dalam keadaan bersih..
4.3.5.      Memastikan bahwa timbangan, pita pengukur, termometer, stetoskop dan benda benda lainnya yang akan bersentuhan dengan bayi dalam keaadaan bersih.
4.3.6.      Menganjurkan ibu untuk menjaga kebersihan diri, terutama payudaranya dengan mandi setiap hari .
4.3.7.      Membersihkan muka, pantat, dan tali pusat bayi baru lahir dengan air bersih, hangat dan sabun setiap hari.
4.3.8.      Menjaga bayi dari orang orang yang menderita infeksi dan memastikan orang yang memegang bayi sudah cuci tangan sebelumnya
Upaya lain yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya infeksi pada bayi baru lahir adalah :
4.3.9.      Pencegahan infeksi tali pusat
Gambar 2.3. Perawatan Tali Pusat
Caranya menjaga agar luka tersebut tetap bersih, tidak terkena air kencing, kotoran bayi, atau tanah. Pemakaian tali popok diletakkan di bawah tali pusat.
Apabila tali pusat kotor, cuci tali pusat dengan air bersih yang mengalir lalu keringkan dan bungkus dengan kasa bersih dan steril. Dilarang membubuhkan atau mengoleskan ramuan, abu dapur dan sebagainya karena dapat menyebabkan infeksi tetanus yang bisa berakibat kematian.
Tanda tanda infeksi tali pusat yang harus diwaspadai, yaitu: kulit disekitar tali pusat bewarna kemerahan, ada pus/nanah dan berbau busuk. Mengawasi dan melaporkan segera ke dokter jika pada tali pusat ditemukan perdarahan, pembengkakan, keluar cairan, tampak merah atau berbau busuk 
4.3.10.  Pencegahan infeksi pada mata bayi baru lahir
Cara pencegahannya dengan mencuci tangan terlebih dahulu, Membersihkan kedua mata bayi segera setelah lahir dengan kapas atau sapu tangan halus dan bersih yang telah dibersihkan dengan air hangat.
Dalam 1 jam setelah bayi lahir, berikan salep, obat tetes mata untuk mencegah oftalmia neonatorum. Biarkan obat tetap pada mata jangan dibersihkan. Setelah selesai merawat mata bayi, cuci tangan kembali. 
4.3.11.  Imunisasi
Pada daerah RESTI infeksi tuberkulosis, imunisasi BCG harus diberikan pada bayi segera setelah lahir. Pemberian dosis pertama tetesan polio dianjurkan pada bayi segera setelah lahir atau pada umur 2 minggu .
4.4.Asuhan Bayi usia 2-6 hari
4.4.1.      Pengumpulan Data
Penilaian atau evaluasi terhadap bayi baru lahir, antara lain meliputi penilaian tahap pertumbuhan dan perkembangan janin, kesesuaian usia kehamilan; penilaian adaptasi neonatal (SKOR APGAR, refleks); penialaian fisik neonatal secara sistematik (ada/tidak kelainan morfologi/fisiologi);pemberian identifikasi meliputi jenis kelamin, berat badan, panjang badan ;serta menentukan penanganan yang diperlukan. Klasifikasi bayi baru lahir (neonatus), dibedakan menjadi 3 kategori:
Pertama, klasifikasi neonatus menurut masa gestasi :
a.       Neonatus kurang bulan (Preterm infant): kurang 259 hari (37 minggu)
b.      Neonatus cukup bulan (term infant): 259-294 hari (31-42 minggu)
c.       Neonatus lebih bulan (postterm infant):lebih dari 294 hari (42 minggu lebih)
Kedua, klasifikasi neonatus menurut berat lahir :
a.       Neonatus berat lahir rendah : kurang dari 2500 gram.
b.      Neonatus berat cukup : antara 2500-4000 gram
c.       Neonatus berat lahir lebih : lebih dari 4000 gram.
Ketiga klasifikasi menurut berat lahir terhadap masa gestasi,
Dideskripsikan dengan masa gestasi dan ukuran berat lahir yang sesuai untuk masa kehamilannya, yaitu neonatus cukup/kurang/lebih bulan (NCB/NKB/NLB) apakah sesuai/kesil/besar untuk masa kehamilan (SMK/KMK/BMK).
4.4.2.      Pengkajian  Fisik Bayi Baru Lahir
Pengkajian fisik bayi baru lahir dilakukan dalam 2 tahap yaitu:
Pertama, pengkajian segera setelah lahir
Pengkajian ini bertujuan untuk mengkaji adaptasi bayi baru lahir ke kehidupan luar uterus , yaitu dengan penilaian APGAR.
Kedua, pengkajian fisik
Pengkajian fisik bayi baru lahir merupakan bagian dari prosedur perawatan bayi segera setelah lahir .
Berikut ini prosedur perawatan bayi segera setelah lahir (immediate care of the newborn).
1)      Mempelajari hasil anamnesis, meliputi : riwayat hamil, riwayat persalinan, riwayat keluarga.
2)      Menilai Skor APGAR.
Tabel 2.1. Penilaian APGAR
TANDA
0
1
2
Appearance
(warna kulit)
Blue
(seluruh tubuh biru atau pucat)
Body pink, limbs blue(tubuh kemerahan,ekstremitas biru)
All pink (seluru tubuh kemerahan)
Pulse (denyut jantung)
Absent (tidak ada)
<100
>100
Grimace (refleks)
None (tidak bereaksi)
Grimace (sedikit gerakan)
Cry (reaksi melawan,menangis)
Grimace
( tonus otot)
Limp (tidak bereaksi)
Some fleksion of limbs( ekstremitas sedikit fleksi)
Active movement, limbs well flexed (gerakan aktif, ekstremitas fleksi dengan baik)
Respiratory
(tonus otot)
None
(tidak ada)
Slow, irregular
(lambat,tidak teratur)
Good, strong cry
(menangis kuat)

3)      Melakukan resusitasi neonatus.
4)      Melakukan perawatan tali pusat, pemotongan jagan  terlalu pendek dan harus diawasi setiap hari,
5)      Memberikan identifikasi bayi dengan memberi gelang bayi
6)      Melakukan pemeriksaan fisik dan observasi tanda tanda vital
7)      Menentukan tempat perawatan
8)      Melakukan prosedur rujukan bila perlu.
Prosedur pemeriksaan atau pengkajian fisik pada bayi baru lahir, antara lain sebagai berikut:
1)      Menginformasikan prosedur dan meminta persetujuan orang tua
2)      Mencuci tangan dan keringkan.
3)      Memastikan penerangan cukup dan hangat untuk bayi.
4)      Memeriksa secara sistematis head to too
5)      Mengidentifikasi warna dan  aktivitas bayi.
6)      Mencatat miksi dan mekonium bayi.
7)      Mengukur lingkar kepala, lingkar dada, lingkar perut, lingkar lengan atas, menimbang BB dan mengukur TB.
8)      Mendiskusikan hasil pemeriksaan dengan orang tua
9)      Mendokumentasikan hasil pemeriksaan.
Pemeriksaan Umum
1)      Pernapasan
Pernafasan bayi baru lahir normal 30-60 kali permenit, tanpa retraksi dada dan tanpa suara merintih pada fase ekspirasi. Pada bayi kecil, mungkin terdapat retraksi dada ringan dan jika bayi berhenti nafas secara periodic selama beberapa detik masih dalam batas normal.
2)      Warna kulit
Bayi baru lahir aterm kelihatan lebih pucat dibanding bayi preterm karena kulit lebih tebal.
3)      Denyut jantung
Denyut jantung bayi baru lahir normal antara 100-160 kalipermenit, tetapi dianggap masih normal jika diatas 160 kali permenit dalam jangka waktu pendek, bebrapa kali dalam satu hari selama beberapa hari pertama kehidupan, terutama bila bayi mengalami disstres. Jika ragu, ulangi perhitungan denyut jantung.
4)      Suhu aksiler
36,5 C sampai 37,5 C.
5)      Postur dan gerakan
Postur normal bayi baru lahir dalam keadaan istirahat adalah kepalan tangan longgar, dengan lengan, panggul dan lutut semi fleksi. Pada bayi dengan letak sungsang selama masa kehamilan, akan mengalami fleksi penuh pada sendi panggul dan lutut atau sendi lutut ekstensi penuh, sehingga kaki bisa dalam berbagai posisi sesuai bayi intrauterin. Jika kaki dapat diposisikan dalam posisi normal tanpa kesulitan, maka tida dibutuhkan terapi. Gerakan ekstremitas bayi harus secara spontan dan simetris disertai gerakan sendi penuh. Bayi normal dapat sedikit gemetar.
6)      Tonus otot/ tingkat kesadaran
Rintang normal tingkat kesadaranbayi baru lahir adalah mulai dari diam hingga sadar penuh dan dapat di tenangkan jika rewel. Bayi dapat dibangunkan jika diam atau sedang tidur.
7)      Ekstremitas
Periksa posisi, gerakan, reaksi bayi bila ekstremitas disentuh,dan pembengkakan.
8)      Kulit
Warna kulit dan adanya verniks kaseosa, pembengkakan atau bercak hitam, tanda lahir/tanda mongol. Selama bayi dianggap normal, beberapa kelainan kulit juga dapat dianggap normal. Kelainan ini disebut milia, biasaanya terlihat pada hari pertama atau selanjuutny. Kulit tubuh, punggung dan abdomen yang terkelupas pada hari pertama juga masih dianggap normal.
9)      Tali pusat
Normal berwarna putih kebiruan pada hari pertama, mulai kering dan mengkerut /mengecil dan akhirnya lepas setelah 7-10 hari.
10)  Berat badan
Normal 2500-4000 gram.
Pemeriksaan fisik (head to too)
1)      Kepala
Ubun-ubun besar, ubun-ubun kecil,sutura,moulase,caput succedaneum, cephal haematoma, hidrosefalus, rambut meliputi: jumlah,warna,dan adanya lanugo pada bahu dan punggung.
2)      Muka
Tanda-tanda paralitis, Ukuran, bentuk, posisi, kesimetrisan letak dihubungkan dengan mata dan kepala serta adanya gangguan pendengaran
3)      Mata
Ukuran, bentuk, posisi,(strabismus, pelebaran epicanthus) dan  kesimetrisan,kekeruhan kornea,katarak congenital,trauma, keluar nanah, bengkak pada kelopak mata, pendarahan subkonjuntifa.
4)      Telinga
Jumlah, bentuk, posisi, kesimetrisan letak dihubungkan dengan mata dan kepala serta adanya gangguan pendengaran.
5)      Hidung
Bentuk dan lebar hidung, pola pernapasan , kebersihan.
6)      Mulut
Bentuk simetris/tidak, mukosa mulit kering/basah, lidah, palatum, bercak putih pada gusi, refleks mengisap adakah labio/palatoskisis, trush sianosis.
7)      Leher
Bentuk simetris/tidak, adakah pembengkakan dan benjolan, kelainan tidorid,hemangioma, tanda abnormalitas, kromosom dan lain-lain.
8)      Klavikula dan lengan tangan.
Adakah fraktur klavikula, gerakan, jumlah jari.
9)      Dada
Bentuk dan kelainan, bentuk dada, putting susu gangguan pernafasan, auskultasi bunyi jantung dan pernafasan
10)  Abdomen
Penonjolan sekitar tali pusat pada saat menangis, pendarahan tali pusat, jumlah pemb ulu darah pada tali pusat, dinding perut dan adanya benjolan, distensi, gastroskisis, omfalokel, bentuk simetriks/tidak palpasi hati, ginjal.
11)  Genitalia
Kelamin laki-laki: panjang penis,testis sudah turun berada dalam skotum, orifisium uretrae di ujung penis, kelainan (fimosis,hipospadia/epispadia). Kelamin perempuan : labia mayora dan labia miyora, klitoris, orifisium fagina, orifisium uretra, secret dan lain-lain
12)  Tungkai dan kaki
Gerakan, bentuk simetriks/tidak, jumlah jari, pergerakan, pes equinofarus/per eguinofalgus.
13)  Anus
Berlubang atau tidak, posisi, fungsi springter ani, adanya dresia ani, meconium plug sicdrom, mega colon
14)  Punggung
Bayi tengkurap, raba kurvatura,kolumna vertebralis, skoliosis, pembengkakan, spinabifi dakoma,mielomeningokel, lesung/bercak berambut dan lain-lain
15)  Pemeriksaan kulit
Ferniks caseosa lanugo, warna, udem, bercak, tanda lahir, memar.
16)  Refleks
Berkedip, babinski, merangkak, menari/ melangkah, ekstrusi gallants, moros, enck rhikting,palmar grasp, rethink, starcle, menghisap, toniknek
17)  Antropometri
BB, PB, LK, LD, LP, LLA
18)  Eliminasi
Kaji kepatenan fungsi ginjal dan saluran gastrointestinal bagian bawah . bayi baru lahir normal biasanya kencing kebih dari 6 kali perhari. Bayi baru lahir normal biasanya berak cair 6-8 kali perhari. Di curigai diare bila frekuensi menibgkat, tinja hijau, atau mengandung lendir dan darah. Pendarahan fagin pda bayi baru lahir dapat terjadi beberapa hari pada minggu pertama kehidupan ini di anggap normal
4.4.3.      Rencana Asuhan Bayi usia 2-6 hari
4.4.3.1.Minum bayi
Pastikan bayi diberi minum sesegera mungkin setelah lahir (dalam waktu 30 menit ) atau dalam 3 jam setelah masuk ke rumah sakit, kecuali apabila pemberian minum harus ditunda karena masalah tertentu. Bila bayi dirawat di rumah sakit upayakan ibu mendampingi dan tetap membberi ASI
Gambar 2.4.  Posisi Menyusui
Prosedur pemberian ASI adalah sebagai berikut :
ü  Menganjurkan ibu uintuk menyusui tanpa dijadwal siang malam (minimal 8 kali dalam 24 jam) setiap bayi menginginkan.
ü  Bila bayi melepaskan isapan satu payudara berikan payudara yang lain.
ü  Tidak memaksakan bayi menyusu bila tidak mau, tidak melepaskan isapan sebelum bayi selesai menyusu,tidak memberikan minuman lain selain ASI, tidak menggunakan dot/empeng.
ü  Menganjurkan ibu hanya memberikan Asi saja pada 4-6 bulan pertama
ü  Memperhatikan posisi dan perlekatan mulut bayidan payudara ibu dengan benar
ü  Menyusui dimulai apabila bayi siap, yaitu : mulut bayi membuka lebar, tampak rooting refleks, bayi melihat sekeliling dan bergerak.
ü  Cara memegang bayi : topang seluruh tubuh, kepala dan tubuh lurus menghadap payudara, hidung dekat puting susu.
ü  Cara melekatkan :menyentuh puting pada bibir, tunggu mulut bayi hingga terbuka lebar, gerakkan mulut ke arah puting sehingga bibir bawah jauh di belakang areola.
ü  Nilai perlekatan dan refleks menghisap: Dagu menyentuh payudara, mulut terbuka lebar, bibir bawah melipat keluar, areola di atas mulut bayilebih luas daripada di bawah mulut bayi, bayi menghisap pelan dan kadang berhenti.
ü  Menganjurkan ibu melanjutkan menyusui eksklusif, apabila bayi minum baik.
Beberapa ibu mungkin tidak bisa memberikan ASI secara langsung (menyusui) bayinya. Agar bayi tetap mendapatkan ASI ibunya , ibu perlu memeras ASInya untuk diberikan kepada bayinya dengan sendok, atau pipa NGT. Bila Ibu tidak dapat menyusui atau memeras ASI, berikan bayi susu formula bila ada.
4.4.3.2.Buang Air besar
Kotoran yang dikeluarkan bayi baru lahir pada   hari hari pertama kehidupannya adalah berupa mekoneum,
mekonium adalah ekskresi gastrointestinal bayi baru lahir yang diakumulasi dalam usus sejak masa janin, yaitu pada usia kehamilan 16 minggu . warna mekonium adalah hijau kehitam hitaman, lembut, terdiri atas : mukus, sel epitel, cairan amnion yang tertelan, asam lemak dan pigmen empedu.
Mekoneum ini keluar pertama kali dalam 24 jam setelah lahir. Mekoneum dikeluarkan seluruhnnya 2-3 hari setelah lahir. Mekoneum yang telah keluar dalam 24 jam menandakan anus bayi telah berfungsi. Jika mekoneum tidak keluar, bidan/ petugas kesehatan haus mengkaji adanya kemungkinan atresia anii atau megakolon.
Warna feses bayi berubah kuning pada saat bayi berumur 4-5 hari. Bayi yang diberi ASI fesesnya menjadi lebih lembut, berwarna kuning terang dan tidak berbau. Bayi yang diberi susu formula feses cenderung berwarna pucat dan agak berbau . Warna feses akan menjadi kuning kecoklatan setelah bayi mendapatkan makanan.
Frekuensi BAB bayi sedikitnya sekali dalam sehari . Pemberian ASI cenderung membuat frekunsi BAB bayi menjadi lebih sering. Pada hari ke 4-5 produksi ASI sudah banyak, apabila bayi diberi ASI cukup maka bayi akan BAB lima kaliatau lebih dalam sehari . Pada saat bayi berumur 3-4 minggu, frekuensi BAB berkurang menjadi satu kali dalam 2-3 hari. Bayi dengan pemberian susu formula akan lebih sering BAB, tapi cenderung lebih sering mengalami konstipasi. Jika bayi tidak BAB atau feses tidak keluar, bidan atau petugas kesehatan harus mengkaji adanya distensi abdomen atau bising usus.
4.4.3.3.Buang Air Kecil (BAK)
Bayi baru lahir sudah harus BAK dalam waktu 24 jam setelah lahir. Hari selanjutnya Bayi akan BAK sebanyak 6-8 kali/hari.
Pada awalnya volume urine bayi sebanyak 20-30 ml/ hari, meningkat menjadi 100-200 ml / hari pada akhir minggu pertama.  Warna urine keruh/ merah muda dan berangsur angsur jernih karena intake cairan meningkat. Jika dalam 24 jam bayi tidak BAK, bidan atau petugas kesehatan harus mengkaji jumlah intake cairan dan kondisi uretra.
4.4.3.4.Tidur
Memasuki bulan pertama kehidupan, bayi baru lahir menghabiskan waktunya untuk tidur.Macam tidur bayi adalah tidur aktif atau tidur ringan dan tidur lelap. Pada siang hari hanya 15 % waktu yang digunakan bayi dalam keadaan terjaga, yaitu untuk menangis, gerakan motorik, sadar dan mengantuk. Sisa waktu yang 85 % lainnya digunakan bayi untuk tidur
4.4.3.5.Kebersihan kulit
Kulit bayi masih sangat sensitif terhadap kemungkinan terjadinya infeksi. kebersihan kulit bayi perlu benar-benar dijaga,walaupun mandi dengan membasahi seluruh tubuh tidak harus di lakukan setiap hari.tetapi,bagian-bagian seperti muka,bokong,dan tali pusat perlu dibersihkan secara teratur. Sebaiknya sebelum memegang bayi terlebih dulu mencuci tangan.
Gambar 2.5.  Cara  Memandikan Bayi
Adapun cara memandikan bayi yaitu :
·         Mulai wajah, kepala, ke dada
·         Bersihkan mata dari luar kedalam. gunakan kapas yang dibasahi.
·         Basuh kepala,wajah,leher,dada,lengan, punggung, dan tungkai. perhatikan daerah lipatan.
·         Sabuni kepala dan badan. gunakan waslap dan pilih sabun bayi dengan formula tidak pedih dimata dengan pH balance
·         Bilas dengan air sampai bersih, keringkan bayi dengan handuk
4.4.3.6.Perawatan tali pusat
Apabila tali pusat kotor, cuci tali pusat dengan air bersih yang mengalir lalu keringkan dan bungkus dengan kasa bersih dan steril. Dilarang membubuhkan atau mengoleskan ramuan, abu dapur dan sebagainya karena dapat menyebabkan infeksi tetanus yang bisa berakibat kematian.


4.4.3.7.Keamanan bayi
Hal hal yang harus diperhatikan dalam menjaga keamanan bayi adalah dengan tetap menjaganya, jangan sekalipun meninggalkan bayi tanpa ada yang menunggu. Selain itu juga perlu dihindari untuk memberikan apapun ke mulut bayi selain ASI, karena bayi bisa tersendak dan jangan menggunakan alat penghangat di tempat tidur bayi.
4.4.3.8.Tanda tanda bahaya
ü  Pernapasan sulit / lebih dari 60x/menit.
ü  Terlalu hangat (>380C ) atau terlalu dingin (<360C )
ü  Bayi kulit kering ( terutama 24 jam pertama ) berwarna biru , pucat atau memar.
ü  Isapan saat menyusu lemah, rewel, sering muntah, dan mengatuk berlebihan.
ü  Tali pusat merah, bengkak, keluar cairan, berbau busuk, dan berdarah.
ü  Terdapat tanda-tanda infeksi seperti suhu tubuh meningkat, merah, bengkak, bau busuk,  keluar cairan, dan pernafasan sulit.
ü  Tidak BAB dalam 3 hari, tidak BAK dalam 24 jam, feses lembek atau cair, sering berwana hijau tua, dan terdapat lendir atau darah.
ü  Menggigil, rewel, lemas, mengantunk, kejang, tidak bisa tenang, menagis terus menerus.
5.      Penutup
5.1. Rangkuman
Adaptasi bayi baru lahir adalah proses penyesuaian fungsional neonatus dari kehidupan di dalam uterus ke kehidupan di luar uterus. Terdapat beberapa perubahan fisiologis pada bayi baru lahir. Diantaranya perubahan pada sistem pernapasan, perubahan pada system peredaran darah, perubahan suhu, perubahan metabolism, dan perubahan keseimbangan asam basa.
Rawat gabung adalah cara perawatan ibu dan bayi yang baru dilahirkan tidak dipisahkan melainkan ditempatkan dalam sebuah ruangan, kamar atau tempat bersama-sama selama 24 jam penuh
Pencegahan infeksi merupakan bagian yang terpenting dari setiap komponen perawatan bayi baru lahir. Bayi baru lahir sangat rentan terhadap infeksi karena sistem imunitasnya masih kurang sempurna. Pencegahan infeksi pada bayi baru lahir dapat dilakukan dengan cara cuci tangan sebelum dan setelah memegang bayi, perawatan tali pusat, imunisasi dll.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam membuat rencana asuhan bayi usia 2-6 hari antara lain yaitu : minum, BAB, BAK, Perawatan kulit, Perawatan tali pusat, keamanan, dan tanda tanda bahaya.
5.2.Soal latihan
1)      Jelaskan 4 macam mekanisme kehilangan panas pada bayi  berikut contohnya masing masing !
2)      Jelaskan  manfaat rawat gabung menurut yang kamu ketahui!
3)      Bagaimana cara pencegahan infeksi melalui perawatan tali pusat?
4)      Hal hal apa saja yang harus diperhatikan dalam melakukan pengkajian fisik bayi usia 2-6 hari?
5)      Sebutkan tanda tanda bahaya pada bayi !
Daftar Pustaka

Anonim. (2012). Cara Merawat tali pusar bayi agar tidak terkena infeksi. Retrived  Juni ,7 , 2012, available at http://seputarwanita.com/cara-merawat-tali-pusar-bayi-agar-tidak-terkena-infeksi/

Dewi,Vivian Nanny Lia. (2010). Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita. Salemba Medika, Jakarta.
Fauziah, Tasniem. (2011). Mengapa ASI Exclusive Atau ASIX. Retrived    Juni, 7, 2012, available at http://www.ibu-hamil.com/category/menyusui/
Hidayat, A.Aziz Alimul. (2008). Pengantar Ilmu Kesehatan Anak Untuk Pendidikan Kebidanan. Salemba Medika, Jakarta.
Hidayat, Muh. (2011). Rawat gabung( Rooming in). Retrived    Juni, 7, 2012, available at http://kkyazid.blogspot.com/2011/06/rawat-gabung-rooming-in.html
Maratussaliha. (2012). Pengkajian fisik Bayi Baru Lahir. Retrived    Juni, 7, 2012, available at http://maratussalihamegarezky.blogspot.com/2012/01/pengkajian-fisik-bayi-baru-lahir.html
Muis, Jayanti Sukma Hapsari. (2012). Mekanisme hilangnya panas bayi baru lahir. Retrived Juni, 7, 2012, available at http://amazingbiges.blogspot.com/2012/02/mekanisme-kehilangan-panas-bayi-baru.html
Muslihatun, Wafi Nur. (2010). Asuhan Neonatus, bayi dan Balita. Fitramaya, Yogyakarta.
Sudarti, dan Endang Khoirunnisa. (2010). Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi, dan Anak Balita. Nuha Medika, Yogyakarta.
Zamzam, Faizatunnisa. 2010. Tiga bulan Pertama Bersama si Buah hati. Retrived    Juni, 7, 2012, available at http://sha-nisa.blogspot.com/2010/12/tiga-bulan-pertama-bersama-sibuah-hati.html