PENDAHULUAN
A.
LATAR
BELAKANG
Berdasarkan data yang telah
dikumpulkan oleh WHO (World Health Organization) pada tahun 2008, AKN (Angka Kematian
Neonatus) di dunia adalah 26 per 1.000 kelahiran hidup. Di sisi lain, kelahiran
dengan asfiksia menempati urutan ke-5, yaitu sebanyak 9% sebagai penyebab
kematian anak tertinggi di dunia setelah penyakit lain, pneumonia, diare, dan
kelahiran prematur ( WHO, 2010 ).
Profil kesehatan
Indonesia tahun 2008 menunjukkan bahwa, pada tahun 2007 Indonesia menempati
posisi ke-3 untuk AKB (Angka Kematian Bayi) tertinggi di ASEAN (Association of
Southeast Asian Nations) yakni 34 per 1.000 kelahiran
hidup. Sedangkan posisi pertama ditempati oleh Laos dan Myanmar dengan AKB
(Angka Kematian Bayi) sebesar 70 per 1.000
kelahiran hidup dan posisi kedua
ditempati oleh Kamboja dengan AKB (Angka Kematian Bayi) sebesar 67 per 1.000
kelahiran hidup.
1
|
Dalam profil kesehatan Sulawesi
Selatan tahun 2008, AKB (Angka Kematian Bayi) di Sulawesi Selatan mengalami
peningkatan di tahun 2007 yaitu menjadi
41 per 1.000 kelahiran hidup dibandingkan hasil Susenas (Survei Sosial
Ekonomi Nasional) selama tahun 2006 yaitu 36 per 1.000 kelahiran hidup (Dinas
Kesehatan SulSel, 2009).
Dalam profil kesehatan Indonesia
dijelaskan bahwa beberapa penyebab kematian bayi bermula dari masa kehamilan.
Penyebab kematian bayi yang terbanyak adalah disebabkan karena pertumbuhan
janin yang lambat, kekurangan gizi pada janin, kelahiran prematur dan Berat
Badan Lahir Rendah (BBLR) sedangkan penyebab lainnya yang cukup banyak terjadi
adalah kejadian kurangnya oksigen dalam rahim (hipoksia intrauterus) dan
kegagalan nafas secara spontan dan teratur pada saat lahir atau beberapa saat
setelah lahir (asfiksia lahir) ( Dinas Kesehatan SulSel, 2009).
Di lain pihak, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan pada tahun
2008 melaporkan hasil riset kesehatan dasar tahun 2007 bahwa telah terjadi pergeseran
penyebab kematian untuk semua umur yaitu dari penyakit menular ke penyakit
tidak menular. Penyebab kematian perinatal (0-7 hari) yang terbanyak adalah gangguan pernapasan (35,9%) dan
kelahiran prematur (32,3%),
sedangkan untuk usia (7-28 hari) penyebab kematian yang terbanyak adalah sepsis neonatorum (20,5%) dan kelainan kongenital (18,1%) (Badan
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan,
2008).
Dari 7,7 juta kematian bayi setiap tahun lebih
dari separuh terjadi pada waktu perinatal atau usia di bawah 1 bulan. Tiga
perempat dari kematian ini terjadi pada minggu pertama kehidupan. Penyebab
kematian adalah asfiksia, trauma kelahiran, infeksi, prematuritas, kelainan
bawaan, dan sebab sebab lain ( Saifuddin, 2008).
Penelitian menunjukkan bahwa 50 % kematian bayi terjadi pada periode neonatal
yaitu di bulan pertama kehidupan. Kurang baiknya penanganan bayi baru lahir
yang sehat akan menyebabkan kelainan
kelainan yang mengakibatkan cacat seumur hidup, bahkan kematian (Dewi, 2010).
Data yang diperoleh dari bagian rekam medik RSUD Syekh
Yusuf periode Januari – November 2010 menunjukkan terdapat 1.974 kelahiran
dimana 76 bayi (3,85%) mengalami asfiksia dan sisanya 1.898 bayi (96,1%) yang
tidak mengalami asfiksia.
Bidan
dalam pelayanan kebidanan mempunyai peranan penting dalam menurunkan angka
kematian ibu dan anak dan sebagai ujung tombak pemberi asuhan kebidanan.
Oleh karena itu, bidan harus mempunyai pendekatan manajemen agar dapat
mengorganisasikan semua unsur-unsur yang terlibat dalam pelayanannya dengan baik dalam rangka menurunkan angka kematian ibu dan anak .
Sebenarnya,
manajemen dalam arti mengatur segala sesuatu agar dilakukan dengan baik, tepat
dan tuntas merupakan hal yang disyariatkan dalam ajaran Islam.
Dalam pandangan Islam, segala sesuatu harus
dilakukan secara rapi, benar, tertib dan teratur. Proses-prosesnya harus
diikuti dengan baik dan benar. Sesuatu
tidak boleh dilakukan dengan asal-asalan. Hal ini merupakan prinsip utama dalam
ajaran Islam. Rasulullah saw bersabda dalam sebuah hadits yang diriwayatkan
oleh Imam Thabrani:
إن الله يحب إذا عمل أحدكم عملا
أن يتقنه
“Sesungguhnya
Allah sangat mencintai orang yang jika melakukan sesuatu pekerjaan dilakukan
secara Itqan (tepat, terarah, jelas dan tuntas)”. (HR Thabrani)
Arah
perkembangan yang jelas, landasan yang mantap dan cara-cara mendapatkannya yang
transparan merupakan amal perbuatan yang dicintai Allah SWT (Salahuddin, 2010).
Melihat
data angka kematian bayi yang cukup tinggi di ASEAN serta masih tingginya
kematian bayi karena asfiksia, menunjukkan bahwa masalah ini membutuhkan
penanganan yang tepat karena akan mempengaruhi perkembangan dan kualitas
generasi di masa yang akan datang. Mengingat pentingnya masalah ini, maka penulis
tertarik untuk melakukan pengkajian tentang kasus asfiksia bayi baru lahir di
RSUD Syekh Yusuf Gowa.
B.
Ruang Lingkup Pembahasan
Bahan studi kasus menggunakan pendekatan proses manajemen asuhan kebidanan bayi baru
lahir dengan asfiksia berat di RSUD
Syekh Yusuf Gowa
C.
Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Melaksanakan
asuhan kebidanan bayi baru lahir dengan asfiksia berat berdasarkan pendekatan
manajemen asuhan kebidanan di RSUD Syekh Yusuf
Gowa
sesuai dengan wewenang bidan.
2. Tujuan Khusus
a. Melaksanakan pengkajian dan analisa data
dasar pada bayi baru lahir dengan asfiksia berat di RSUD Syekh Yusuf Gowa
b. Mengidentifikasi diagnosa/masalah aktual
pada bayi baru lahir dengan asfiksia berat
di RSUD Syekh Yusuf Gowa.
c. Mengidentifikasi diagnosa/masalah
potensial pada bayi baru lahir dengan dengan asfiksia berat di RSUD Syekh Yusuf Gowa.
d. Melaksanakan tindakan segera dan
kolaborasi pada bayi baru lahir dengan asfiksia berat di RSUD Syekh Yusuf Gowa.
e. Menyusun rencana tindakan asuhan kebidanan
pada bayi baru lahir dengan asfiksia berat
di RSUD Syekh Yusuf Gowa.
f. Melaksanakan tindakan asuhan kebidanan
pada bayi baru lahir dengan asfiksia berat
di RSUD Syekh Yusuf Gowa.
g. Mengevaluasi asuhan kebidanan pada bayi
baru lahir dengan asfiksia berat di RSUD
Syekh Yusuf Gowa.
h. Mendokumentasikan asuhan kebidanan pada
bayi baru lahir dengan asfiksia berat di
RSUD Syekh Yusuf Gowa.
D.
Manfaat Penulisan
1.
Instansi
Hasil penulisan ini
diharapkan dapat memberikan informasi dan masukan kepada instansi terkait dalam
meningkatkan kualitas pelayanan.
2.
Institusi
Sebagai bahan ilmiah
atau bahan bacaan untuk penulisan berikutnya
3.
Penulis
Dapat memperluas
wawasan keilmuan dan menjadi sarana pengembangan diri melalui penulisan karya
tulis ilmiah dan merupakan pengalaman berharga bagi penulis.
E.
Metode Penulisan
Metode
yang digunakan untuk penulisan karya tulis ilmiah ini adalah
1. Studi Kepustakaan
Yaitu dengan membaca buku buku dan mempelajari literatur
yang berhubungan dengan asfiksia.
2. Studi Kasus
Dengan menggunakan pendekatan pemecahan masalah
dalam asuhan kebidanan yang meliputi : pengkajian dan analisa data dasar,
mengidentifikasi diagnosa/masalah aktual, mengidentifikasi diagnosa/masalah
potensial, melaksanakan tindakan segera dan kolaborasi, menyusun rencana
tindakan asuhan kebidanan, melaksanakan tindakan asuhan kebidanan, mengevaluasi
asuhan kebidanan serta mendokumentasikan asuhan kebidanan, untuk menghimpun
data dan informasi dalam pengkajian dilakukan dengan menggunakan tehnik :
a. Anamnesa
Mengadakan tanya jawab langsung dengan ibu dan
petugas di ruang
perinatologi
yang berhubungan dengan masalah bayi.
b. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan
fisik dilakukan secara sistematik mulai dari kepala sampai kaki meliputi
pemeriksaan inspeksi, palpasi, perkusi,
dan auskultasi.
c.
Studi
Dokumentasi
Dengan
membaca dan mempelajari status serta menginterpretasikan data yang berhubungan
dengan bayi, baik bersumber dari catatan dokter, bidan maupun sumber lain yang
menunjang.
d. Diskusi
Diskusi
dengan tenaga kesehatan yakni dokter, bidan maupun pembimbing karya tulis
ilmiah serta sumber lain yang menunjang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar