Jumat, 06 April 2012

bahan ajar askeb neonatus(pertemuan 3)


BAB I
PENDAHULUAN
KONSEP ASUHAN NEONATUS, BAYI DAN BALITA
Oleh :Tasliyah Noor Ningtiyas

A.    Derskrif kuliah singkat
Mata kuliah ini membahas tentang adaptasi bayi baru lahir, rawat gabung, pencegahan infeksi dan asuhan bayi 2-6 hari
B.     Tujuan instruksional umum
 Setelah mengikuti mata kuliah ini mahasiswa akan mampu menerapkan Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi Dan Balita
C.    Tujuan instruksional khusus
Setelah mengikuti pertemuan ini, mahasiswa akan mampu  menjelaskan konsep asuhan neonatus, bayi dan balita

















BAB II
PENYAJIAN MATERI
A.    ADAPTASI BAYI BARU LAHIR
Adaptasi bayi baru lahir adalah proses penyesuaian fungsional neonatus dari kehidupan di dalam uterus ke kehidupan di luar uterus . Kemampuan adaptasi fisiologis ini disebut juga Homeostatis.
            Homeostatis adalah kemampuan mempertahankan fungsi fungsi vital, bersifat dinamis, dipengaruhi oleh tahap pertumbuhan dan perkembangan, termasuk masa pertumbuhan dan perkembangan intrauterin. Homeostatis neonatus ditentukan oleh keseimbangan antara maturitas dan status gizi. Kemampuan homeostatis pada neonatus cukup bulan akan memadai. Kemampuan Homeostatis pada neonatus kurang bulan tergantung masa gestasi. Matriks otak belum sempurna,  Sehingga mudah terjadi perdarahan intrakranial, Angka kejadian sindrom gawat napas neonatus dan hiperbilirubinemia pada neonatus kurang bulan tinggi. Pada neonatus lewat waktu terjadi hambatan pertumbuhan  janin intrauterin akibat penurunan fungsi plasenta, sehingga terjadi hipoksia janin (Muslihatun,2010).
1.      Sistem Pernapasan
Perkembangan sistem pulmoner terjadi sejak masa embrio, tepatnya pada umur kehamilan 24 hari. Pada umur kehamilan 24 hari ini, bakal paru-paru terbentuk. Pada umur kehamilan 26-28 hari kedua bronchi membesar. Pada umur kehamilan 6 minggu terbentuk segmen bronchus. Pada umur kehamilan 12 minggu terjadi diferensiasi lobus.Pada umur kehamilan 24 minggu terbentuk alveolus. Pada umur kehamilan 28 minggu terbentuk surfaktan. Pada umur kehamilan 34-36 minggu struktur paru paru matang, artinya paru paru sudah bisa mengembangkan sistem alveoli.Selama dalam uterus, janin mendapatkan oksigen dari pertukaran gas melalui plasenta. Setelah bayi lahir, pertukaran gas harus melalui paru paru bayi. (Muslihatun,2010).
      Pernafasan pertama pada bayi normal terjadi pada waktu 30  detik pertama sesudah lahir. Usaha bayi pertama kali untuk mempertahankan tekanan alveoli, selain karena adanya surfaktan, juga karena adanya tarikan napas  dengan merintih sehingga udara bisa tertahan di dalam. Untuk  frekuensi dan dalamnya nafas belum teratur. Apabila surfaktan kurang, maka alveoli akan kolaps  dan paru paru kaku, sehingga terjadi atelektatis. Dalam kondisi seperti ini (anoksia), neonatus masih dapat mempertahankan hidupnya karena adanya kelanjutan metabolisme anaerob  (Dewi, 2010).
2.      Suhu Tubuh
Terdapat empat kemungkin  mekanisme yang dapat menyebabkan bayi kehilangan panas yaitu :
a.       Konduksi
Konduksi adalah kehilangan panas dari objek hangat dalam kontak langsung dengan objek yang lebih dingin (Walsh, 2007). Panas dihantarkan dari tubuh bayi ke benda di sekitarnya yang kontak langsung dengan tubuh bayi (pemindahan panas dari tubuh bayi ke objek lain melalui kontak langsung). Sebagai contoh, konduksi bisa terjadi ketika menimbang bayi tanpa alas timbangan, memegang bayi saat tangan dingin, dan menggunakan stetoskop dingin untuk pemeriksaan bayi baru lahir  (Dewi, 2010).
b.      Radiasi
Panas dipancarkan dari bayi baru lahir keluar dari tubuhnya ke lingkungan yang lebih dingin (pemindahan panas antara 2 objek yang mempunyai suhu berbeda). Sebagai contoh, membiarkan bayi baru lahir dalam ruangan ber AC tanpa pemanas, membiarkan bayi baru lahir dalam keadaan telanjang, atau menidurkan bayi baru lahir berdekatan dengan ruangan yang dingin (Dewi, 2010).
c.       Konveksi.
Panas hilang dari tubuh bayi ke udara di sekitarnya yang sedang bergerak (jumlah panas yang hilang bergantung pada kecepatan dan suhu udara). Sebagai contoh, konveksi dapat terjadi ketika membiarkan atau menempatkan bayi baru lahir dekat jendela, atau membiarkan bayi baru lahir di ruangan yang terpasang kipas angin.
d.      Evaporasi
Evaporasi ini dipengaruhi oleh jumlah panas yang dipakai, tingkat kelembapan udara, dan aliran udara yang melewati. Apabila bayi baru lahir diletakkan dalam suhu kamar 25°C, maka bayi akan kehilangan panas melalui konveksi, radiasi, dan evaporasi yang besarnya 200 kg/BB, sedangkan yang dibentuk hanya sepersepuluhnya saja  (Dewi, 2010)
3.      Metabolisme
Luas permukaan tubuh nonatus,relatif lebih luas dari orang dewasa sehingga metabolisme basal per kg BB akan lebih besar. Bayi baru lahir harus menyesuaikan diri dengan lingkungan baru sehingga energi  diperoleh dari metabolisme karbohidrat dan lemak.
      Pada jam jam pertama energi didapatkan dari perubahan karbohidrat. Pada hari kedua, energi berasal dari pembakaran lemak. Setelah mendapatkan susu kurang lebih pada hari ke enam, pemenuhan kebutuhan energy bayi 60% didapatkan dari lemak dan 40% didapatkan dari karbohidrat. (Muslihatun,2010).
4.      Sistem Peredaran darah
Pada sistem peredaran darah, terjadi perubahan fisiologis pada bayi baru lahir, yaitu setelah bayi itu lahir akan terjadi proses penghantaran oksigen ke seluruh tubuh , maka terdapat perubahan, yaitu penutupan foramen ovale  apada atrium jantung dan dan penutupan duktus arteriosus antara arteri paru dan aorta.  Perubahan ini terjadi akibat adanya tekanan pada seluruh sistem pembuluh darah, dimana oksigen dapat menyebabkan sistem pembuluh darah mengubah tenaga dengan cara meningkatkan atau mengurangi resistensi. Perubahan tekanan sistem pembuluh darah dapat terjadi pada saat tali pusat dipotong, resistensinya kan meningkat dan tekanan atrium kanan akan menurun karena darah ke atrium berkurangyang dapan menyebabkan volume dan tekanan atrium kanan juga menurun. Proses tersebut membantu darah mengalami proses oksigenasi ulang, serta saat terjadi pernapasan pertama dapat menurunkan resistensi dan meningkatkan tekanan atrium kanan. Kemudian oksigen pada pernapasan pertama dapat menimbulkan relaksasi dan terbukanya sistem pembuluh darah paru yang dapat menurunkan resistensi pembuluh darah paru. Terjadinya peningkatan sirkulasi paru mengakibatkan peningkatan volume darah dan tekanan pada atrium kanan, dengan meningkatnya tekanan pada atrium kanan  akan terjadi penurunan atrium kiri, foramen ovale akan menutup, atau dengan pernapasan kadar oksigen dalam darah akan meningkat yang dapat menyebabkan duktus arteriosus mengalami konstriksi dan menutup  . Perubahan lain menutupnya vena umbilikus, duktus venosus, dan arteri hipogastrika dari tali pusat menutup secara fungsional dalam beberapa menit setelah tali pusat di klem dan penutupan jaringan fibrosa membutuhkan waktu sekitar 2-3 bulan ( Betz dan Sowden dalam Aziz, 2008).
5.      Keseimbangan Air Dan Fungsi Ginjal
Tubuh bayi baru lahir relatif mengandung lebih banyak air dan kadar natrium relatif lebih besar dari kalium karena ruangan ekstraseluler luas. Fungsi ginjal belum sempurna karna jumlah nefron masih belum sebanyak orang dewasa, keseimbangan luas permukaan glomerolus dan volume tubulus proksimal, serta renal Blood flow relatif kurang bila dibandingkan orang dewasa (Muslihatun, 2010).
      Pada waktu lahir, terjadi perubahan fisiologik yang menyebabkan berkurangnya cairan ekstraseluler. Dengan ginjal yang makin matur dan beradaptasi dengan kehidupan ekstrauterin, ekskresi urin bertambah mengakibatkan berkurangnya cairan ekstraseluler (sebagai salah satu penyebab turunnya berat badan bayi baru lahir pada minggu minggu permulaan) (Saifuddin, 2006).
6.      Idak Imunoglobulin
Pada neonatus, tidak terdapat sel plasma pada sumsum tulang, lamina propia ilium serta apendiks. Plasenta merupakan sawar sehingga fetus bebas dari antigen dan stress imunologis. Pada bayi baru lahir hanya terdapat gama globulin G, sehingga imunologi dari ibu dapat melewati plasenta karena berat molekulnya kecil. Akan tetapi bila ada infeksi yang dapat melewati plasenta ( toksoplasma, herpes simpleks, dll.) , reaksi imunologis dapat terjadi dengan pembentukan sel plasma dan antibodi Gamma A,G,M. (Muslihatun, 2010).
7.      Traktus digestivus
Pada neonatus, traktus digestivus mengandung zat berwarna hitam kehijauan yang terdiri dari mukopolisakarida atau disebut juga dengan mekonium. Pengeluaran mekonium biasanya pada 10 jam pertama kehidupan  dan dalam 4 hari setelah kelahiran biasanya feses sudah terbentuk  dan berwarna biasa. Enzim dalam traktus digestivus biasanya sudah terdapat pada neonatus, kecuali enzim amilase pancreas (Muslihatun, 2010)..
8.      Hati
Segera setelah lahir, hati menunjukkan perubahan kimia dan morfologis yang berupa kenaikan kadar protein dan penurunan kadar lemak dan glikogen. Enzim hati belum aktif benar pada waktu bayi baru lahir, daya detoksifikasi hati pada neonatus juga belum sempurna. (Dewi, 2010)
9.      Keseimbangan asam  basa
Tingkat keasaman (PH) darah pada waktu lahir umumnya rendah karena glikolisis anaerobik. Namun, dalam waktu 24 jam, neonatus telah mengkompensasi asidosis ini (Dewi, 2010).
B.     RAWAT GABUNG
1.      Pengertian Rawat Gabung
Rawat gabung adalah cara perawatan ibu dan bayi yang baru dilahirkan tidak dipisahkan melainkan ditempatkan dalam sebuah ruangan, kamar atau tempat bersama-sama selama 24 jam penuh dalam seharinya. Dengan kata lain rawat gabung adalah suatu sistem perawatan ibu dan bayi bersama sama atau pada tempat yang berdekatan sehingga memungkinkan sewaktu waktu atau setiap saat ibu tersebut dapat menyusui bayinya.
2.      Pembagian Rawat Gabung
Menurut sifatnya, rawat gabung dibedakan menjadidua yaitu:
Ø  Rawat gabung kontinu, yaitu bayi berada disamping ibu terus menerus.
Ø  Rawat gabung intermitten, yaitu bayi hanya sewaktu waktu saja bersama ibu, misalnya pada saat akan menetek saja.
3.      Tujuan Rawat Gabung Secara Umum
Tujuan rawat gabung secara umum yaitu :
Ø  Membina hubungan emosional antara ibu dan bayi
Ø  Meningkatkan penggunaan ASI
Ø  Pencegahan infeksi dan
Ø  Pendidikan kesehatan bagi ibu.
Ibu dapat melihat dan memahami cara perawatan bayi yang benar yang dilakukan oleh petugas.
4.      Syarat dilakukannya rawat gabung
Ø  Bayi lahir spontan, baik presentasi kepala maupun bokong
Ø  Apabila bayi lahir dengan tindakan, rawat gabung dilakukan setelah bayi cukup sehat
Ø  Refleks menghisap baik.
Ø  Tidak ada tanda tanda infeksi dll.
Ø  Apabila bayi lahir dengan seksio sesarea dengan pembiusan umum, rawat gabung dilakukan setelah ibu sadar dan bayi tidak mengantuk. ,4-6 jam setelah operasi usai.
Ø  Nilai APGAR >7
Ø  Umur kehamilan ≥37 minggu
Ø  Berat lahir ≥2.500 gram
Ø  Tidak terdapat tanda tanda infeksi intrapartum
Ø  Bayi dan ibu dalam keadaan sehat.
5.      Kontraindikasi Rawat Gabung
Dari ibu:
Ø  Kardiorespirasi tidak normal ( ibu ibu dengan Compensatio cordis tingkat III tidak dianjurkann menyusui)
Ø  Pascaeklamsi kesadaran belum baik.
Ø  Infeksi akut(tuberkulosis aktif), Hepatitis, HIV/AIDS, citomegalovirus (CMV), herpes, kanker payudara, dan psikosis.
Dari bayi:
Ø  Bayi kejang/ kesadaran menurun
Ø  Penyakit jantung/paru berat
Ø  Bayi yang memerlukan perawatan khusus/pengawasan intensif
Ø  Bayi dengan cacat bawaan tidak mampu menetek
6.      Manfaat rawat gabung
Manfaat rawat gabung antara lain :
a.       Aspek fisik
ü  Mengurangi kemungkinan infeksi silang dari pasien lain atau petugas.
ü  Dengan menyusui dini kolostrum dapat memberikan kekebalan.
ü  Ibu dengan mudah dapat mengetahui perubahan perubahan yang terjadi pada bayinya  karena setiap saat dapat melihat bayinya.
b.      Aspek Fisiologis
ü  Terjalin proses lekat akibat sentuhan badaniah antar ibu dan bayinya
ü  Bayi merasa terlindungi
c.       Aspek edukatif
Ibu mempunyai pendidikan dan pengalaman yang berguna sehingga mampu menyusui serta merawat bayinya.
d.      Aspek ekonomi
Penghematan anggaran dan pengeluaran untuk pembelian susu
buatan.
e.       Aspek medis
Menurunkan terjadinya infeksi nosokominal juga menurunkan angka morbiditas dan mortalitas(Muslihatun, 2010).
C.    PENCEGAHAN INFEKSI
Pencegahan infeksi merupakan bagian yang terpenting dari setiap komponen perawatan bayi baru lahir. Bayi baru lahir sangat rentan terhadap infeksi karena sistem imunitasnya masih kurang sempurna (Sudarti dan Endang, 2010)
Tindakan pencegahan infeksi pada bayi baru lahir, adalah sebagai berikut :
1.      Mencuci tangan secara seksama sebelum dan setelah melakukan kontak dengan bayi.
2.      Memakai sarung tangan bersih pada saat menengani bayi yang belum dimandikan.
3.      Memastikan semua peralatan termasuk klem gunting dan benang tali pusat telah didisinfeksi tingkat tinggi atau steril. Jika menggunakan bola  karet  penghisap, pakai yang bersih dan baru. Jangan pernah menggunakan bola karet penghisap untuk lebih dari satu bayi.
4.      Memastikan bahwa  semua pakaina, handuk, selimut serta kain yang digunakan untuk bayi, telah dalam keadaan bersih..
5.      Memastikan bahwa timbangan, pita pengukur, termometer, stetoskop dan benda benda lainnya yang akan bersentuhan dengan bayi dalam keaadaan bersih.
6.      Menganjurkan ibu untuk menjaga kebersihan diri, terutama payudaranya dengan mandi setiap hari .
7.      Membersihkan muka, pantat, dan tali pusat bayi baru lahir dengan air bersih, hangat dan sabun setiap hari.
8.      Menjaga bayi dari orang orang yang menderita infeksi dan memastikan orang yang memegang bayi sudah cuci tangan sebelumnya
           Upaya lain yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya infeksi pada bayi baru lahir adalah :
Ø  Pencegahan infeksi tali pusat
Caranya menjaga agar luka tersebut tetap bersih, tidak terkena air kencing, kotoran bayi, atau tanah. Pemakaian tali popok diletakkan di bawah tali pusat. Apabia tali pusat kotor, cuci tali pusat dengan air bersih yang mengalir lalu keringkan dan bungkus dengan kasa bersih dan steril. Dilarang membubuhkan atau mengoleskan ramuan, abu dapur dan sebagainya karena dapat menyebabkan infeksi tetanus yang bisa berakibat kematian. Tanda tanda infeksi tali pusat yang harus diwaspadai, yaitu: kulit disekitar tali pusat bewarna kemerahan, ada pus/nanah dan berbau busuk . Mengawasi dan melaporkan segera ke dokter jika pada tali pusat ditemukan perdarahan, pembengkakan, keluar cairan, tampak merah atau berbau busuk  
Ø  Pencegahan infeksi pada mata bayi baru lahir
Cara pencegahannya dengan mencuci tangan terlebih dahulu, Membersihkan kedua mata bayi segera setelah lahir dengan kapas atau sapu tangan halus dan bersih yang telah dibersihkan dengan air hangat,. Dalam 1 jam setelah bayi lahir, berikan salep, obat tetes mata untuk mencegah oftalmia neonatorum. Biarkan obat tetap pada mata jangan dibersihkan. Setelah selesai merawat mata bayi, cuci tangan kembali. 
Ø  Imunisasi
Pada daerah RESTI infeksi tuberkulosis, imunisasi BCG harus diberikan pada bayi segera setelah lahir. Pemberian dosis pertama tetesan polio dianjurkan pada bayi segera setelah lahir atau pada umur 2 minggu .


Tidak ada komentar:

Posting Komentar