BAB
I
PENDAHULUAN
KONSEP ASUHAN NEONATUS, BAYI
DAN BALITA
Oleh :Tasliyah Noor Ningtiyas
A.
Derskrif
kuliah singkat
Mata kuliah ini membahas tentang adaptasi bayi baru lahir, rawat gabung, pencegahan
infeksi dan asuhan bayi 2-6 hari
B. Tujuan
instruksional umum
Setelah mengikuti mata kuliah ini mahasiswa akan mampu menerapkan Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi Dan Balita
C.
Tujuan
instruksional khusus
Setelah mengikuti pertemuan ini,
mahasiswa akan mampu menjelaskan konsep asuhan neonatus, bayi dan balita
BAB
II
PENYAJIAN
MATERI
A.
ADAPTASI BAYI BARU LAHIR
Adaptasi
bayi baru lahir adalah proses penyesuaian fungsional neonatus dari kehidupan di
dalam uterus ke kehidupan di luar uterus . Kemampuan adaptasi fisiologis ini
disebut juga Homeostatis.
Homeostatis adalah kemampuan
mempertahankan fungsi fungsi vital, bersifat dinamis, dipengaruhi oleh tahap
pertumbuhan dan perkembangan, termasuk masa pertumbuhan dan perkembangan
intrauterin. Homeostatis neonatus ditentukan oleh keseimbangan antara maturitas
dan status gizi. Kemampuan homeostatis pada neonatus cukup bulan akan memadai.
Kemampuan Homeostatis pada neonatus kurang bulan tergantung masa gestasi.
Matriks otak belum sempurna, Sehingga
mudah terjadi perdarahan intrakranial, Angka kejadian sindrom gawat napas
neonatus dan hiperbilirubinemia pada neonatus kurang bulan tinggi. Pada
neonatus lewat waktu terjadi hambatan pertumbuhan janin intrauterin akibat penurunan fungsi
plasenta, sehingga terjadi hipoksia janin (Muslihatun,2010).
1.
Sistem Pernapasan
Perkembangan sistem pulmoner terjadi sejak masa embrio,
tepatnya pada umur kehamilan 24 hari. Pada umur kehamilan 24 hari ini, bakal
paru-paru terbentuk. Pada umur kehamilan 26-28 hari kedua bronchi membesar.
Pada umur kehamilan 6 minggu terbentuk segmen bronchus. Pada umur kehamilan 12
minggu terjadi diferensiasi lobus.Pada umur kehamilan 24 minggu terbentuk
alveolus. Pada umur kehamilan 28 minggu terbentuk surfaktan. Pada umur
kehamilan 34-36 minggu struktur paru paru matang, artinya paru paru sudah bisa
mengembangkan sistem alveoli.Selama dalam uterus, janin mendapatkan oksigen
dari pertukaran gas melalui plasenta. Setelah bayi lahir, pertukaran gas harus
melalui paru paru bayi. (Muslihatun,2010).
Pernafasan pertama pada bayi normal
terjadi pada waktu 30 detik pertama
sesudah lahir. Usaha bayi pertama kali untuk mempertahankan tekanan alveoli,
selain karena adanya surfaktan, juga karena adanya tarikan napas dengan merintih sehingga udara bisa tertahan
di dalam. Untuk frekuensi dan dalamnya
nafas belum teratur. Apabila surfaktan kurang, maka alveoli akan kolaps dan paru paru kaku, sehingga terjadi
atelektatis. Dalam kondisi seperti ini (anoksia), neonatus masih dapat
mempertahankan hidupnya karena adanya kelanjutan metabolisme anaerob (Dewi, 2010).
2.
Suhu
Tubuh
Terdapat empat kemungkin mekanisme yang dapat menyebabkan bayi
kehilangan panas yaitu
:
a. Konduksi
Konduksi
adalah kehilangan panas dari objek hangat dalam kontak langsung dengan objek
yang lebih dingin (Walsh, 2007). Panas dihantarkan dari tubuh bayi ke benda di
sekitarnya yang kontak langsung dengan tubuh bayi (pemindahan panas dari tubuh
bayi ke objek lain melalui kontak langsung). Sebagai contoh, konduksi bisa
terjadi ketika menimbang bayi tanpa alas timbangan, memegang bayi saat tangan
dingin, dan menggunakan stetoskop dingin untuk pemeriksaan bayi baru lahir (Dewi, 2010).
b. Radiasi
Panas
dipancarkan dari bayi baru lahir keluar dari tubuhnya ke lingkungan yang lebih
dingin (pemindahan panas antara 2 objek yang mempunyai suhu berbeda). Sebagai
contoh, membiarkan bayi baru lahir dalam ruangan ber AC tanpa pemanas,
membiarkan bayi baru lahir dalam keadaan telanjang, atau menidurkan bayi baru
lahir berdekatan dengan ruangan yang dingin (Dewi, 2010).
c. Konveksi.
Panas
hilang dari tubuh bayi ke udara di sekitarnya yang sedang bergerak (jumlah
panas yang hilang bergantung pada kecepatan dan suhu udara). Sebagai contoh,
konveksi dapat terjadi ketika membiarkan atau menempatkan bayi baru lahir dekat
jendela, atau membiarkan bayi baru lahir di ruangan yang terpasang kipas angin.
d. Evaporasi
Evaporasi
ini dipengaruhi oleh jumlah panas yang dipakai, tingkat kelembapan udara, dan
aliran udara yang melewati.
Apabila bayi baru lahir diletakkan dalam suhu kamar 25°C, maka bayi akan
kehilangan panas melalui konveksi, radiasi, dan evaporasi yang besarnya 200
kg/BB, sedangkan yang dibentuk hanya sepersepuluhnya saja (Dewi, 2010)
3.
Metabolisme
Luas permukaan tubuh nonatus,relatif lebih luas dari
orang dewasa sehingga metabolisme basal per kg BB akan lebih besar. Bayi baru lahir
harus menyesuaikan diri dengan lingkungan baru sehingga energi diperoleh dari metabolisme karbohidrat dan
lemak.
Pada jam jam
pertama energi didapatkan dari perubahan karbohidrat. Pada hari kedua, energi
berasal dari pembakaran lemak. Setelah mendapatkan susu kurang lebih pada hari
ke enam, pemenuhan kebutuhan energy bayi 60% didapatkan dari lemak dan 40%
didapatkan dari karbohidrat. (Muslihatun,2010).
4.
Sistem Peredaran darah
Pada sistem peredaran darah, terjadi perubahan fisiologis
pada bayi baru lahir, yaitu setelah bayi itu lahir akan terjadi proses
penghantaran oksigen ke seluruh tubuh , maka terdapat perubahan, yaitu
penutupan foramen ovale apada atrium
jantung dan dan penutupan duktus arteriosus antara arteri paru dan aorta. Perubahan ini terjadi akibat adanya tekanan
pada seluruh sistem pembuluh darah, dimana oksigen dapat menyebabkan sistem
pembuluh darah mengubah tenaga dengan cara meningkatkan atau mengurangi
resistensi. Perubahan tekanan sistem pembuluh darah dapat terjadi pada saat tali
pusat dipotong, resistensinya kan meningkat dan tekanan atrium kanan akan
menurun karena darah ke atrium berkurangyang dapan menyebabkan volume dan
tekanan atrium kanan juga menurun. Proses tersebut membantu darah mengalami
proses oksigenasi ulang, serta saat terjadi pernapasan pertama dapat menurunkan
resistensi dan meningkatkan tekanan atrium kanan. Kemudian oksigen pada
pernapasan pertama dapat menimbulkan relaksasi dan terbukanya sistem pembuluh
darah paru yang dapat menurunkan resistensi pembuluh darah paru. Terjadinya
peningkatan sirkulasi paru mengakibatkan peningkatan volume darah dan tekanan
pada atrium kanan, dengan meningkatnya tekanan pada atrium kanan akan terjadi penurunan atrium kiri, foramen
ovale akan menutup, atau dengan pernapasan kadar oksigen dalam darah akan
meningkat yang dapat menyebabkan duktus arteriosus mengalami konstriksi dan menutup . Perubahan lain menutupnya vena umbilikus,
duktus venosus, dan arteri hipogastrika dari tali pusat menutup secara
fungsional dalam beberapa menit setelah tali pusat di klem dan penutupan
jaringan fibrosa membutuhkan waktu sekitar 2-3 bulan ( Betz dan Sowden dalam
Aziz, 2008).
5.
Keseimbangan Air Dan Fungsi Ginjal
Tubuh bayi baru lahir relatif mengandung lebih banyak air
dan kadar natrium relatif lebih besar dari kalium karena ruangan ekstraseluler
luas. Fungsi ginjal belum sempurna karna jumlah nefron masih belum sebanyak
orang dewasa, keseimbangan luas permukaan glomerolus dan volume tubulus
proksimal, serta renal Blood flow relatif kurang bila dibandingkan orang
dewasa (Muslihatun, 2010).
Pada waktu
lahir, terjadi perubahan fisiologik yang menyebabkan berkurangnya cairan
ekstraseluler.
Dengan ginjal yang makin matur dan beradaptasi dengan kehidupan ekstrauterin,
ekskresi urin bertambah mengakibatkan berkurangnya cairan ekstraseluler
(sebagai salah satu penyebab turunnya berat badan bayi baru lahir pada minggu
minggu permulaan) (Saifuddin, 2006).
6.
Idak Imunoglobulin
Pada neonatus, tidak terdapat sel plasma pada sumsum
tulang, lamina propia ilium serta apendiks. Plasenta merupakan sawar sehingga
fetus bebas dari antigen dan stress imunologis. Pada bayi baru lahir hanya
terdapat gama globulin G, sehingga imunologi dari ibu dapat melewati plasenta
karena berat molekulnya kecil. Akan tetapi bila ada infeksi yang dapat melewati
plasenta ( toksoplasma, herpes simpleks, dll.) , reaksi imunologis dapat
terjadi dengan pembentukan sel plasma dan antibodi Gamma A,G,M. (Muslihatun, 2010).
7.
Traktus digestivus
Pada neonatus, traktus digestivus mengandung zat berwarna
hitam kehijauan yang terdiri dari mukopolisakarida atau
disebut juga dengan mekonium. Pengeluaran mekonium biasanya pada 10 jam pertama
kehidupan dan dalam 4 hari setelah
kelahiran biasanya feses sudah terbentuk
dan berwarna biasa. Enzim dalam traktus digestivus biasanya sudah
terdapat pada neonatus, kecuali enzim amilase pancreas (Muslihatun, 2010)..
8. Hati
Segera
setelah lahir, hati menunjukkan perubahan kimia dan morfologis yang berupa
kenaikan kadar protein dan penurunan kadar lemak dan glikogen. Enzim hati belum
aktif benar pada waktu bayi baru lahir, daya detoksifikasi hati pada neonatus
juga belum sempurna. (Dewi, 2010)
9. Keseimbangan asam
basa
Tingkat
keasaman (PH) darah pada waktu lahir umumnya rendah karena glikolisis
anaerobik. Namun, dalam waktu 24 jam, neonatus telah mengkompensasi asidosis
ini (Dewi, 2010).
B.
RAWAT GABUNG
1.
Pengertian Rawat Gabung
Rawat
gabung adalah cara perawatan ibu dan bayi yang baru dilahirkan tidak dipisahkan
melainkan ditempatkan dalam sebuah ruangan, kamar atau tempat bersama-sama
selama 24 jam penuh dalam seharinya. Dengan kata lain rawat gabung adalah suatu
sistem perawatan ibu dan bayi bersama sama atau pada tempat yang berdekatan
sehingga memungkinkan sewaktu waktu atau setiap saat ibu tersebut dapat menyusui
bayinya.
2.
Pembagian Rawat Gabung
Menurut sifatnya, rawat gabung dibedakan menjadidua
yaitu:
Ø
Rawat gabung kontinu, yaitu bayi berada disamping ibu
terus menerus.
Ø
Rawat gabung intermitten, yaitu bayi hanya sewaktu waktu
saja bersama ibu, misalnya pada saat akan menetek saja.
3.
Tujuan Rawat Gabung Secara Umum
Tujuan rawat gabung secara umum yaitu :
Ø
Membina hubungan emosional antara ibu dan bayi
Ø
Meningkatkan penggunaan ASI
Ø
Pencegahan infeksi dan
Ø
Pendidikan kesehatan bagi ibu.
Ibu dapat melihat dan memahami cara perawatan bayi yang
benar yang dilakukan oleh petugas.
4.
Syarat dilakukannya rawat gabung
Ø
Bayi lahir spontan, baik presentasi kepala maupun bokong
Ø
Apabila bayi lahir dengan tindakan, rawat gabung
dilakukan setelah bayi cukup sehat
Ø
Refleks menghisap baik.
Ø
Tidak ada tanda tanda infeksi dll.
Ø
Apabila bayi lahir dengan seksio sesarea dengan pembiusan
umum, rawat gabung dilakukan setelah ibu sadar dan bayi tidak mengantuk. ,4-6
jam setelah operasi usai.
Ø
Nilai APGAR >7
Ø
Umur kehamilan ≥37 minggu
Ø
Berat lahir ≥2.500 gram
Ø
Tidak terdapat tanda tanda infeksi intrapartum
Ø
Bayi dan ibu dalam keadaan sehat.
5.
Kontraindikasi Rawat Gabung
Dari ibu:
Ø
Kardiorespirasi tidak normal ( ibu ibu dengan Compensatio
cordis tingkat III tidak dianjurkann menyusui)
Ø
Pascaeklamsi kesadaran belum baik.
Ø
Infeksi akut(tuberkulosis aktif), Hepatitis, HIV/AIDS,
citomegalovirus (CMV), herpes, kanker payudara, dan psikosis.
Dari
bayi:
Ø
Bayi kejang/ kesadaran menurun
Ø
Penyakit jantung/paru berat
Ø
Bayi yang memerlukan perawatan khusus/pengawasan intensif
Ø
Bayi dengan cacat bawaan tidak mampu menetek
6.
Manfaat rawat gabung
Manfaat rawat gabung antara lain :
a.
Aspek fisik
ü
Mengurangi kemungkinan infeksi silang dari pasien lain
atau petugas.
ü
Dengan menyusui dini kolostrum dapat memberikan
kekebalan.
ü
Ibu dengan mudah dapat mengetahui perubahan perubahan
yang terjadi pada bayinya karena setiap
saat dapat melihat bayinya.
b.
Aspek Fisiologis
ü Terjalin proses
lekat akibat sentuhan badaniah antar ibu dan bayinya
ü Bayi merasa
terlindungi
c.
Aspek edukatif
Ibu mempunyai pendidikan dan pengalaman yang berguna
sehingga mampu menyusui serta merawat bayinya.
d.
Aspek ekonomi
Penghematan anggaran dan pengeluaran untuk pembelian susu
buatan.
e.
Aspek medis
Menurunkan terjadinya infeksi nosokominal juga menurunkan
angka morbiditas dan mortalitas(Muslihatun, 2010).
C.
PENCEGAHAN INFEKSI
Pencegahan
infeksi merupakan bagian yang terpenting dari setiap komponen perawatan bayi
baru lahir. Bayi baru lahir sangat rentan terhadap infeksi karena sistem
imunitasnya masih kurang sempurna (Sudarti dan Endang, 2010)
Tindakan
pencegahan infeksi pada bayi baru lahir, adalah sebagai berikut :
1.
Mencuci tangan secara seksama sebelum dan setelah
melakukan kontak dengan bayi.
2.
Memakai sarung tangan bersih pada saat menengani bayi
yang belum dimandikan.
3.
Memastikan semua peralatan termasuk klem gunting dan
benang tali pusat telah didisinfeksi tingkat tinggi atau steril. Jika
menggunakan bola karet penghisap, pakai yang bersih dan baru. Jangan
pernah menggunakan bola karet penghisap untuk lebih dari satu bayi.
4.
Memastikan bahwa
semua pakaina, handuk, selimut serta kain yang digunakan untuk bayi,
telah dalam keadaan bersih..
5.
Memastikan bahwa timbangan, pita pengukur, termometer,
stetoskop dan benda benda lainnya yang akan bersentuhan dengan bayi dalam
keaadaan bersih.
6.
Menganjurkan ibu untuk menjaga kebersihan diri, terutama
payudaranya dengan mandi setiap hari .
7.
Membersihkan muka, pantat, dan tali pusat bayi baru lahir
dengan air bersih, hangat dan sabun setiap hari.
8.
Menjaga bayi dari orang orang yang menderita infeksi dan
memastikan orang yang memegang bayi sudah cuci tangan sebelumnya
Upaya
lain yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya infeksi pada bayi baru
lahir adalah :
Ø
Pencegahan infeksi tali pusat
Caranya menjaga agar luka tersebut tetap bersih, tidak
terkena air kencing, kotoran bayi, atau tanah. Pemakaian tali popok diletakkan
di bawah tali pusat. Apabia tali pusat kotor, cuci tali pusat dengan air bersih
yang mengalir lalu keringkan dan bungkus dengan kasa bersih dan steril.
Dilarang membubuhkan atau mengoleskan ramuan, abu dapur dan sebagainya karena
dapat menyebabkan infeksi tetanus yang bisa berakibat kematian. Tanda tanda
infeksi tali pusat yang harus diwaspadai, yaitu: kulit disekitar tali pusat
bewarna kemerahan, ada pus/nanah dan berbau busuk . Mengawasi dan melaporkan
segera ke dokter jika pada tali pusat ditemukan perdarahan, pembengkakan,
keluar cairan, tampak merah atau berbau busuk
Ø
Pencegahan infeksi pada mata bayi baru lahir
Cara pencegahannya dengan mencuci tangan terlebih dahulu,
Membersihkan kedua mata bayi segera setelah lahir dengan kapas atau sapu tangan
halus dan bersih yang telah dibersihkan dengan air hangat,. Dalam 1 jam setelah
bayi lahir, berikan salep, obat tetes mata untuk mencegah oftalmia
neonatorum. Biarkan obat tetap pada mata jangan dibersihkan. Setelah
selesai merawat mata bayi, cuci tangan kembali.
Ø
Imunisasi
Pada daerah RESTI infeksi tuberkulosis, imunisasi BCG
harus diberikan pada bayi segera setelah lahir. Pemberian dosis pertama tetesan
polio dianjurkan pada bayi segera setelah lahir atau pada umur 2 minggu .
Tidak ada komentar:
Posting Komentar