Sabtu, 25 Agustus 2012

PMS

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Kebidanan mencakup pengetahuan yang dimiliki bidan dan kegiatan pelayanan yang dilakukannya untuk menyelamatkan ibu dan bayi yang dilahirkan. Komunitas adalah kelompok orang yang berbeda di suatu lokasi tertentu yang mempunyai norma dan nilai. Jadi dapat disimpulkan bahwa kebidanan komunitas merupakan pelayanan kebidanan yang diberikan oleh bidan di kelompok masyarakat dalam wilayah kerjanya.
Dalam memberikan pelayanan kebidanan di masyarakat banyak permasalahan yang ditemui oleh bidan, diantaranya adalah mengenai Penyakit Menular Seksual (PMS). PMS merupakan sekelompok penyakit yang disebabkan oleh infeksi berbagai jenis mikroorganisme (virus, bakteri, protozoa dan jamur) yang menimbulkan gejala klinik utama di saluran kemih dan reproduksi, yang jalur penularannya melalui hubungan seksual.
Wanita, termasuk yang sedang hamil, merupakan kelompok resiko tinggi terhadap PMS. Penelitian di Surabaya menyebutkan angka kejadian PMS pada ibu hamil adalah 19,2%. Angka kejadian PMS pada ibu hamil yang melakukan asuhan antenatal di Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta (1998) adalah 16,1% untuk kandidiasis vaginalis, 4,2% infeksi klamidia dan 1,2% trikomoniasis.
Penyakit menular seksual dapat menimbulkan morbiditas dan mortalitas terhadap ibu maupun bayi yang dikandung/dilahirkannya. Oleh sebab itu penting dilakukannya penanggulangan yang tepat yaitu secara preventif, promotif, kuratif dan rehabilitatif.
B.    Tujuan
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan makalah ini adalah menemukan jenis-jenis Penyakit Menular Seksual,cara pencegahan dan penangananya.
BAB II

PEMBAHASAN

A.    SIFILIS


1.    Epidemiologi
Terjadi di seluruh dunia, terutama menyerang dewasa muda usia 20-35 tahun. lebih lazim terjadi di dacrah perkotaan. Baru-baru ini ada kenaikan jumlah kasus di beberapa negara industri yang dihubungkan dengan penggunaan narkoba dan pelacuran. Penularan terjadi melalui kontak langsung antara luka (yang bernanah atau yang membengkak) di kulit dengan selaput lendir atau dengan cairan tubuh (air mani, darah, cairan vagina) selama sanggama. Penularan bisa terjadi melalui tranfusi darah bila donor berada dalam tahap awal infeksi tersebut. Infeksi bisa ditularkan dari seorang ibu yang terinfeksi kepada bayinya yang belum lahir. Hal ini merupakan penyebab penting terjadinya kelahiran bayi yang meninggal di daerah daerah endermis.
2.    Pengertian
Sifilis adalah penyakit kelamin menular yang disebabkan oleh bakteri Troponema Pallidum. Penularan melalui kontak seksual, melalui kontak langsung dan kongenital sifilis (melalui ibu ke anak dalam uterus).
Penyakit sifilis adalah penyakit kelamin yang bersifat kronis dan menahun walaupun frekuensi penyakit ini mulai menurun, tapi masih merupakan penyakit yang berbahaya karena dapat menyerang seluruh organ tubuh termasuk sistem peredaran darah, saraf dan dapat ditularkan oleh ibu hamil kepada bayi yang di kandungnya. Sehingga menyebabkan kelainan bawaan pada bayi tersebut. Sifilis sering disebut sebagai “Lues Raja Singa”.
3.    Penyebab
Sifilis merupakan infeksi kronik menular yang disebabkan oleh bakteri troponema pallidum, menginfeksi dan masuk ke tubuh penderita kemudian merusaknya. Sifilis hanya menular antar manusia melalui kontak seksual, atau Ibu kepada bayinya. Sifilis menular melalui Penis, vagina, anus, mulut, transfusi dan ibu hamil kepada bayinya.
4.    Gejala dan Klasifikasi sifilis
Gejala penyakit Sifilis sering kali menipu. Kadang luka yang disebabkan oleh sifilis bisa tampak, bisa tidak. Luka Sifilis pun sering tersembunyi antara lain pada vagina, anus, atau mulut. Banyak orang yang terinfeksi Sifilis tidak menampakkan gejala selama bertahun-tahun. Hal ini berbahaya bila tidak segera ditangani.
Meskipun penularan sifilis terjadi akibat kontak luka seseorang pada stadium primer atau sekunder, seringkali luka ini tidak tampak. Jadi, penularan dapat menyebar dari penderita yang tidak menyadari penyakitnya.
Mengenali gejala Sifilis sejak awal merupakan cara yang efektif untuk mencegah perkembangan penyakit ini. Jika dibiarkan selama bertahun-tahun, sifilis dapat mengakibatkan kematian.
Klasifikasi sifilis berdasarkan gejalanya:
a.    Stadium Primer Sifilis
Stadium primer Sifilis biasanya ditandai dengan penampakan luka tunggal, namun dapat juga pula tersebut lebih dari satu. Waktu yang diperlukan mulai dari infeksi hingga gejala muncul adalah bervariasi antara 10 hingga 90 hari. Luka sebagai gejala sifilis ini biasanya kecil, bundar, dan tidak menyebabkan nyeri. Luka tersebut akan sembuh sendiri setelah 3 hingga 6 minggu. Namun, bila tidak dilakukan perawatan lebih lanjut, infeksi dapat berkembang ke stadium sekunder.
b.    Stadium Sekunder Sifilis
Stadium sekunder Sifilis ditandai dengan ruam pada kulit dan lesi berlendir. Ruam biasanya tidak menyebabkan gatal. Ruam pada stadium sekunder muncul setelah luka sembuh atau beberapa minggu setelahnya. Karakteristik ruam tampak kasar, merah pada telapak tangan atau kaki bagian bawah. Ruam juga dapat muncul di bagian tubuh lain. Kadang ruam juga tidak tampak. Gejala lain pada Sifilis stadium sekunder adalah demam, pembengkakan kelenjar limfe, radang tenggorokan, rambut rontok, sakit kepala, penurunan berat badan, nyeri otot, dan kelelahan. Gejala stadium sekunder akan menghilang dengan sendirinya. Namun, apabila tidak ditangani, Sifilis akan berkembang menuju stadium laten.
c.    Stadium Laten Sifilis
Stadium laten Sifilis dimulai setelah gejala pada fase primer dan sekunder menghilang. Tanpa penanganan, orang yang terinfeksi akan terus mengidap sifilis meskipun tanpa gejala. Stadium laten ini dapat berlangsung hingga tahunan. Stadium laten Sifilis dapat berkembang pada 15% penderita yang tidak dirawat, dan dapat muncul 10-20 tahun setelah infeksi pertama diperoleh. Pada stadium laten, Sifilis mulai merusak organ dalam, termasuk otak, saraf, jantung, pembuluh darah, mata, hati, tulang, dan persendian. Gejala pada stadium laten Sifilis antara lain kesulitan koordinasi pergerakan otot, paralisis, buta bertahap, dan dementia. Kerusakan ini dapat berlangsung serius dan dapat mengakibatkan kematian
5.    Penanganan Sifilis
Sifilis mudah disembuhkan pada stadium awal. Suntikan antibiotik seperti penisilin dapat menghentikan Sifilis pada penderita yang terinfeksi kurang dari setahun. Dosis tambahan diperlukan bila penderita telah terinfeksi selama lebih dari setahun. Bagi penderita yang alergi terhadap penisilin, tersedia antibiotik lain yang dapat mengobati sifilis. Antibiotik akan membunuh bakteri Sifilis dan mencegah stadium berlanjut, namun tidak memperbaiki kerusakan yang telah terjadi. Oleh karena itu, perawatan yang efektif dapat mencegah berkembangnya Sifilis, penting bagi seseorang untuk tes darah bila kebiasaan seksualnya berisiko terkena STD.
Pengobatan dilakukan sesuai dengan stadiumnya dapat diberikan obat antibiotik misalnya penisilin prokan dan penisilin G benzatin.
Penisilin parokan:
    Stadium I (sifilis primer) : 600.000 IU/hari sebanyak 10 kali suntik.
    Stadium II (sifilis sekunder) : 900.000 IU/hari sebanyak 15 kali suntik.
    Stadium III + neurosifilis dan sifilis kardiovaskular : 100.000 IU/hari sebanyak 12 kali suntik.
Penisilin G benzatin
    Stadium I : 2,4 juta unit satu kali seminggu selama 2 minggu total 4,8 juta unit.
    Stadium II : 2,4 juta unit satu kali seminggu selama 3 minggu total 7,2 juta unit.
    Stadium III : total 9 juta unit satu kali seminggu selama 4 minggu.
Penderita Sifilis dalam tahap perawatan harus berhenti melakukan kontak seksual terhadap pasangannya sampai luka-lukanya sembuh sempurna. Penderita Sifilis harus menginformasikan kepada pasangannya sehingga pasangannya dapat melakukan tes Sifilis dan diobati bila ternyata juga terkena infeksi.
Pernah menderita Sifilis tidak membuat seseorang kebal dengan penyakit tersebut. Walau perawatan berhasil menyembuhkan Sifilis, namun penderita
dapat terjangkit Sifilis lagi jika tidak berhati-hati. Hanya tes laboratorium yang dapat mengidentifikasi Sifilis karena luka dapat tersembunyi di vagina, anus, atau mulut. Penderita harus sadar diri untuk memeriksa ulang dengan tes laboratorium.
6.    Pencegahan Sifilis
Cara untuk mencegah penularan Sifilis tentu saja sama dengan cara mencegah penyakit menular seksual lainnya, yaitu berhenti melakukan kontak seksual dalam jangka waktu lama dan memiliki satu pasangan tetap untuk melakukan hubungan seksual. Menghindari alkohol dan obat-obat terlarang juga membantu mencegah penyebaran Sifilis karena aktivitas tersebut meningkatkan perilaku seksual berisiko. Penting bagi pasangan untuk membicarakan secara terbuka mengenai riwayat penyakit menular seksual mereka atau mungkin statusnya pada HIV sehingga langkah pencegahan dapat dilakukan.
Luka pada alat kemaluan dapat muncul pada pria dan wanita. Luka tersebut dapat muncul pada area yang terlindungi kondom maupun area yang tidak terlindungi. Penggunaan kondom lateks dengan benar dan konsisten dapat menurunkan risiko penularan Sifilis dan juga penyakit menular seksual lainnya bila area yang terinfeksi terlindungi.
Kondom yang mengandung spermicides tidak lebih efektif daripada kondom
biasa untuk melindungi diri dari penyakit menular seksual, terutama Sifilis. Penularan penyakit menular seksual tidak dapat dicegah dengan membasuh area genital setelah berhubungan seksual. Adanya luka yang tidak biasa, terutama di bagian selangkangan merupakan tanda-tanda serius untuk menghentikan hubungan seksual dan selekas mungkin pergi ke dokter.

B.    GONORHOE (GO)

1.    Epidemiologi
Data WHO menunjukkan insiden gonore antara 62 juta kasus baru pada 1995 sebagian berasal dari Asia Selatan dan Asia Timur, Amerika Selatan dan Amerika Tengah. Prevalensi pada negara-negara maju adalah sepersepuluh dibandingkan negara berkembang. Di Indonesia data dari Depkes RI tahun 1997-1998 didapatkan infeksi gonore sebanyak 13.000 kasus pada tahun 1997 dan 20.420 kasus pada tahun 1998 (Safitri, 2007). Beberapa faktor predisposisi tingginya angka kejadian gonore antara lain tingkat penularan yang tinggi, masa inkubasi yang pendek, tingkat karier asimtomatis yang tinggi, tidak adanya imunitas protektif, meningkatnya resistensi terhadap antibiotik dan perubahan prilaku seksual (Sumaryo, 2006)
2.    Pengertian
Adalah penyakit menular seksual yang disebabkan oleh Nisseria Gonnoreae yang menginfeksi lapisan dalam uretrha, leher rahim, rektum, tenggorokan atau bagian konjuntiva mata.
3.    Penyebab
Gonore disebabkan oleh bakteri Neisseria gonorrhoeae. Bakteri ini dapat menular ke orang lain melalui hubungan seksual dengan penderita. Penyakit ini juga dapat menular dari ibu ke bayinya saat melahirkan. Kita tidak akan terinfeksi gonore dari pemakaian handuk bersama maupun pemakaian toilet umum.
4.    Penanganan
Diagnosis penyakit gonore didasarkan pada hasil pemeriksaan mikroskopik terhadap nanah untuk menemukan bakteri penyebab gonore. Jika pada pemeriksaan mikroskopik tidak ditemukan bakteri, maka dilakukan pembiakan di laboratorium. Gonore biasanya diobati dengan suntikan tunggal seftriakson intramuskuler (melalui otot) atau dengan pemberian antibiotik per-oral (melalui mulut) selama satu minggu (biasanya diberikan doksisiklin). Jika gonore telah menyebar melalui aliran darah, biasanya penderita dirawat di rumah sakit dan mendapatkan antibiotik intravena (melalui pembuluh darah atau infus).
5.    Pencegahan
Untuk mencegah penularan gonore, gunakan kondom dalam melakukan hubungan seksual. Jika menderita gonore, hindari hubungan seksual sampai pengobatan antibiotik selesai. Walaupun sudah pernah terkena gonore, seseorang dapat terkena kembali, karena tidak akan terbentuk imunitas untuk gonore. Sarankan juga pasangan seksual kita untuk diperiksa untuk mencegah infeksi lebih jauh dan mencegah penularan. Selain itu, juga menyarankan para wanita tuna susila agar selalu memeriksakan dirinya secara teratur, sehingga jika terkena infeksi dapat segera diobati dengan benar.
C.    HIV/AIDS
A.    Epidemiology
    UNAIDS dan WHO memperkirakan bahwa AIDS telah membunuh lebih dari 25 juta jiwa sejak pertama kali diakui tahun 1981, membuat AIDS sebagai salah satu epidemik paling menghancurkan pada sejarah. Meskipun baru saja, akses perawatan antiretrovirus bertambah baik di banyak region di dunia, epidemik AIDS diklaim bahwa diperkirakan 2,8 juta (antara 2,4 dan 3,3 juta) hidup di tahun 2005 dan lebih dari setengah juta (570.000) merupakan anak-anak. Secara global, antara 33,4 dan 46 juta orang kini hidup dengan HIV. Pada tahun 2005, antara 3,4 dan 6,2 juta orang terinfeksi dan antara 2,4 dan 3,3 juta orang dengan AIDS meninggal dunia, peningkatan dari 2003 dan jumlah terbesar sejak tahun1981.
B.    Pengertian
    HIV merupakan singkatan dari human immunodeficiency virus. HIV merupakan retrovirus yang menjangkiti sel-sel sistem kekebalan tubuh manusia (terutama CD4 positive T-sel dan macrophages– komponen-komponen utama sistem kekebalan sel), dan menghancurkan atau mengganggu fungsinya. Infeksi virus ini mengakibatkan terjadinya penurunan sistem kekebalan yang terus-menerus, yang akan mengakibatkan defisiensi kekebalan tubuh.
    AIDS adalah singkatan dari ‘acquired immunodeficiency syndrome’ dan menggambarkan berbagai gejala dan infeksi yang terkait dengan menurunnya sistem kekebalan tubuh. Infeksi HIV telah ditahbiskan sebagai penyebab AIDS. Tingkat HIV dalam tubuh dan timbulnya berbagai infeksi tertentu merupakan indikator bahwa infeksi HIV telah berkembang menjadi AIDS.
C.    Penyebab
    AIDS disebabkan oleh HIV.  HIV ditularkan melalui seks penetratif (anal atau vaginal) dan oral seks; transfusi darah; pemakaian jarum suntik terkontaminasi secara bergantian dalam lingkungan perawatan kesehatan, dan melalui suntikan narkoba; dan melalui ibu ke anak, selama masa kehamilan, persalinan, dan menyusui.
    Adapun kelompok yang mempunyai resiko tinggi tertular aids antara lain yaitu :
    Mereka yang sering melakukanhubungan seksual diluar nikah, seperti wanita dan pria tuna susila dan pelanggannya.
    Mereka yang mempunyai bayak pasangan seksual misalnya : Homo seks ( melakukan hubungan dengan sesama laki-laki), Biseks ( melakukan hubungan seksual dengan sesama wanita ), Waria dan mucikari.
    Penerima transfusi darah
    Bayi yang dilahirkan dari Ibu yang mengidap virus AIDS.
    Pecandu narkotika suntikan.
    Pasangan dari pengidap AIDS
D.    Klasifikasi
AIDS diidentifikasi berdasarkan beberapa infeksi tertentu, yang dikelompokkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization) sebagai berikut:
    Tahap I penyakit HIV tidak menunjukkan gejala apapun dan tidak dikategorikan sebagai AIDS.
    Tahap II (meliputi manifestasi mucocutaneous minor dan infeksi-infeksi saluran pernafasan bagian atas yang tak sembuh- sembuh)
    Tahap III (meliputi diare kronis yang tidak jelas penyebabnya yang berlangsung lebih dari satu bulan, infeksi bakteri yang parah, dan TBC paru-paru), atau
    Tahap IV (meliputi Toksoplasmosis pada otak, Kandidiasis pada saluran tenggorokan (oesophagus), saluran pernafasan (trachea), batang saluran paru-paru (bronchi) atau paru-paru dan Sarkoma Kaposi). Penyakit HIV digunakan sebagai indikator AIDS.
E.    Penanganan
Tidak ada obat yang dapat sepenuhnya menyembuhkan HIV/AIDS. Perkembangan penyakit dapat diperlambat namun tidak dapat dihentikan sepenuhnya. Kombinasi yang tepat antara berbagai obat-obatan antiretroviral dapat memperlambat kerusakan yang diakibatkan oleh HIV pada sistem kekebalan tubuh dan menunda awal terjadinya AIDS.
Penggunaan ARV dalam kombinasi tiga atau lebih obat-obatan menunjukkan dapat menurunkan jumlah kematian dan penyakit yang terkait dengan AIDS secara dramatis. Walau bukan solusi penyembuhan, kombinasi terapi ARV dapat memperpanjang hidup orang penyandang HIV-positif, membuat mereka lebih sehat, dan hidup lebih produktif dengan mengurangi varaemia (jumlah HIV dalam darah) dan meningkatkan jumlah sel-sel CD4+ (sel-sel darah putih yang penting bagi sistem kekebalan tubuh).
Supaya pengobatan antiretroviral dapat efektif untuk waktu yang lama, jenis obat-obatan antiretroviral yang berbeda perlu dikombinasikan. Inilah yang disebut sebagai terapi kombinasi. Istilah ‘Highly Active Anti-Retroviral Therapy’ (HAART) digunakan untuk menyebut kombinasi dari tiga atau lebih obat anti HIV.Bila hanya satu obat digunakan sendirian, diketahui bahwa dalam beberapa waktu, perubahan dalam virus menjadikannya mampu mengembangkan resistensi terhadap obat tersebut. Obat tersebut akhirnya menjadi tidak efektif lagi dan virus mulai bereproduksi kembali dalam jumlah yang sama seperti sebelum dilakukan pengobatan. Bila dua atau lebih obat-obatan digunakan bersamaan, tingkat perkembangan resistensi dapat dikurangi secara substansial. Biasanya, kombinasi tersebut terdiri atas dua obat yang bekerja menghambat reverse transcriptase enzyme dan satu obat penghambat protease. Obat-obatan anti retroviral hendaknya hanya diminum di bawah pengawasan medis.
Unsur-unsur perawatan lain dapat membantu mempertahankan kualitas hidup tinggi saat ARV tidak tersedia. Unsur-unsur ini meliputi nutrisi yang memadai, konseling, pencegahan dan pengobatan infeksi oportunistik, dan menjaga kesehatan pada umumnya.
F.    Pencegahan
Penularan HIV secara seksual dapat dicegah dengan:
    berpantang seks
    hubungan monogami antara pasangan yang tidak terinfeksi
    penggunaan kondom pria atau kondom wanita secara konsisten dan benar
Cara tambahan yang lain untuk menghindari infeksi:
    gunakan jarum suntik atau semprit baru yang sekali pakai atau jarum yang secara tepat disterilkan sebelum digunakan kembali.
    Pastikan bahwa darah dan produk darah telah melalui tes HIV dan standar standar keamanan darah dilaksanakan.
 Penularan dari Ibu ke Anak dapat dikurangi dengan cara sang ibu mengikuti pengobatan preventatif antiretroviral jangka pendek, dikombinasikan dengan dukungan dan konseling makanan bayi, dan penggunaan metode pemberian makanan yang lebih aman, persalinan dengan operasi Caesar dan menghindari pemberian ASI. Badan Kesehatan Dunia, WHO, membuat rekomendasi berikut: Ketika makanan pengganti dapat diterima, layak, harganya terjangkau, berkesinambungan, dan aman, sangat dianjurkan bagi ibu yang terinfeksi HIV-positif untuk tidak menyusui bayinya. Bila sebaliknya, maka pemberian ASI eksklusif direkomendasikan pada bulan pertama kehidupan bayi dan hendaknya diputus sesegera mungkin.
    Bagi para pekerja kesehatan hendaknya mengikuti Kewaspadaan Universal (Universal Precaution) yang meliputi:
    Cara penanganan dan pembuangan barang-barang tajam
    Mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum dan sesudah dilakukannya semua prosedur;
    Menggunakan alat pelindung seperti sarung tangan, celemek, jubah, masker dan kacamata pelindung (goggles) saat harus bersentuhan langsung dengan darah dan cairan tubuh lainnya;
    Melakukan desinfeksi instrumen kerja dan peralatan yang terkontaminasi;
    Penanganan seprei kotor/bernoda secara tepat.

D.    HERPES GENITALIS
 

1.    Epidemiologi
Penyakit ini tersebar di seluruh dunia dan menyerang baik pria dan wanita dengan frekuensi yang tidak berbeda. Infeksi virus herpes simpleks tipe I biasanya dimulai pada usia anak-anak, sedangkan infeksi virus herpes simpleks tipe II biasanya terjadi pada usia dewasa dan berhubungan dengan peningkatan aktivitas seksual.
2.    Pengertian
Penyakit menular seksual yang disebabkan oleh virus herpes simpleks tipe I atau tipe II yang ditandai adanya vesikel yang berkelompok di atas kulit yang sembab dan merah. Vesikel ini paling sering terdapat di sekitar mulut, hidung, daerah genital dan bokong, walaupun dapat juga terjadi di bagian tubuh lain.

3.    Penyebab
Terdapat 2 jenis virus herpes simpleks yang menginfeksi kulit, yaitu HSV-1 dan HSV-2.
HSV-1 merupakan penyebab dari luka di bibir (herpes labialis) dan luka di kornea mata (keratitis herpes simpleks); biasanya ditularkan melalui kontak dengan sekresi dari atau di sekitar mulut.
HSV-2 biasanya menyebabkan herpes genitalis dan terutama ditularkan melalui kontak langsung dengan luka selama melakukan hubungan seksual.

4.    Klasifikasi
Herpes genitalis merupakan infeksi pada genital dengan gejala khas berupa vesikel yang berkelompok dengan dasar eritem bersifat rekuren. Herpes genitalis terjadi pada alat genital dan sekitarnya (bokong, daerah anal dan paha). Ada dua macam tipe hsv yaitu : hsv-1 dan hsv-2 dan keduanya dapat menyebabkan herpes genital.
•    Infeksi hsv-2 sering ditularkan melalui hubungan seks dan dapat menyebabkan rekurensi dan ulserasi genital yang nyeri.
•    Tipe 1 biasanya mengenai mulut dan tipe 2 mengenai daerah genital.

a.    Herpes genital primer
infeksi primer biasanya terjadi seminggu setelah hubungan seksual (termasuk hubungan oral atau anal). Tetapi lebih banyak terjadi setelah interval yang lama dan biasanya setengah dari kasus tidak menampakkan gejala. Erupsi dapat didahului dengan gejala prodormal, yang menyebabkan salah diagnosis sebagai influenza. Lesi berupa papul kecil dengan dasar eritem dan berkembang menjadi vesikel dan cepat membentuk erosi superfisial atau ulkus yang tidak nyeri, lebih sering pada glans penis, preputium, dan frenulum, korpus penis lebih jarang terlihat.(1
b.     Herpes genital rekuren
setelah terjadinya infeksi primer klinis atau subklinis, pada suatu waktu bila ada faktor pencetus, virus akan menjalani reaktivasi dan multiplikasi kembali sehingga terjadilah lagi rekuren, pada saat itu di dalam hospes sudah ada antibodi spesifik sehingga kelainan yang timbul dan gejala tidak seberat infeksi primer. Faktor pencetus antara lain: trauma, koitus yang berlebihan, demam, gangguan pencernaan, kelelahan, makanan yang merangsang, alkohol, dan beberapa kasus sukar diketahui penyebabnya. Pada sebagian besar orang, virus dapat menjadi aktif dan menyebabkan outbreaks beberapa kali dalam setahun. HSV berdiam dalam sel saraf di tubuh kita, ketika virus terpicu untuk aktif, maka akan bergerak dari saraf ke kulit kita. Lalu memperbanyak diri dan dapat timbul luka di tempat terjadinya outbreaks
5.    Penanganan
Untuk mengobati herpes simpleks, dokter dokter biasanya memberikan pengobatan antivirus dalam bentuk krim atau pil. Pengobatan ini tidak dapat menyembuhkan herpes simpleks, namun dapat mengurangi durasi terjadinya penyakit dan mengurangi beratnya penyakit. Antivirus yang diakui oleh FDA (badan pengawas obat-obatan Amerika Serikat) antara lain: Acyclovir, Valacyclovir dan Famcyclovir. Jika seseorang sedang mendapat pengobatan untuk herpes simpleks, maka pasangan seksualnya disarankan untuk diperiksa, dan bila perlu, diobati juga walaupun tidak ada gejala. Hal ini akan mengurangi resiko terjadinya komplikasi yang serius pada infeksi herpes simpleks yang tidak terdiagnosis atau mencegah penyebaran infeksi ini ke orang lain. Mereka juga disarankan untuk tidak berhubungan seksual sampai selesai pengobatan.
6.    Pencegahan
Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mencegah penyebaran herpes simpleks antara lain:
•    Hindari berhubungan seksual dengan orang lain bila masih terdapat vesikel
•     Hindari pinjam meminjam barang pribadi seperti handuk
•     Hindari pencetus terjadinya episode rekuren seperti kurang tidur, stress berlebihan
E.    TRICHOMONIASIS VAGINALIS
1.    Epidemiologi
Sebuah infeksi umum yang terjadi terus-menerus di saluran kencing perempuan. Infeksi ini disebabkan olch protozoa Trichomonas vaginalis. Terjadi di seluruh dunia, dan terutama didiagnosis pada perempuan berusia 16-35 tahun.
2.    Pengertian
Trikomoniasis merupakan penyakit menular seksual yang disebabkan oleh parasit trikomonas vaginalis. Parasit ini paling sering menyerang wanitanamun pria dapat terinfeksi dan menularkan ke pasangannna lewat kontak seksual.
3.    Penyebab
Penyebabnya semacam Protozoa disebut Trichomonas vaginalisyang ditularkan melalui hubungan seksual.
Cara Penularan:
Trikomoniasis menular melalui kontak seksual. Trichomonas vaginalis dapat bertahan hidup pada benda-benda seperti baju-baju yang dicuci, dan dapat menular dengan pinjam meminjam pakaian tersebut.
4.    Gejala-gejala
Pada perempuan biasa terjadi keputihan yang banyak, berbusa, dan berwarna kuning-hijau. Kesulitan atau rasa sakit pada saat buang air kecil dan atau saat berhubungan seksual juga sering terjadi. Mungkin terdapat juga nyeri vagina dan gatal atau mungkin tidak ada gejala sama sekali.  Pada laki-laki mungkin akan terjadi radang pada saluran kencing, kelenjar, atau kulup dan/atau luka pada penis, namun pada laki-laki umumnya tidak ada gejala.
5.    Pengobatan
Pengobatan paling efektif untuk trikomoniasis adalah dengan obat minum metronidazol. Dosis biasanya 2 gram dosis tunggal ataupun 500 miligram dua kali sehari selama tujuh hari. Obat ini tidak boleh diberikan bila penderita dalam keadaan hamil 3bulan pertama karena efeknya pada janin. Pada keadaan ini,penderita tersebut dapat menggunakan obat clotrimazole yang penggunanya secara dimasukkan kedalam vagina.
6.    Pencegahan
 Tidak melakukan hubungan seks secara vaginal dengan orang yang terinfeksi adalah satu-satu cara pencegahan yang 100% efektif mencegah penularan trikomoniasis melalui hubungan seksual. Kondon dan berbagai metode penghalang sejenis yang lain dapat mengurangi tetapi tidak menghilangkan risiko untuk tertular penyakit ini melalui hubungan seks.  Hindari untuk saling pinjam meminjam handuk atau pakaian dengan orang lain untuk mencegah penularan non-seksual dari penyakit ini.
F.    CHANCROID/ULKUS MOLE
1.    Epidemiologi
Sangat lazim terjadi di daerah tropis dan Sub-tropis di dunia. Penyakit ini terutama ditemukan pada negara berkembang, berhubungan dengan pekerja seks komersial dan klien mereka Lebih sering terjadi pada laki-laki. Luka cankroid sangat menular.
2.    Pengertian
Syankroid atau chancroid adalah penyakit menular seksual yang ditandai dengan rasa nyeri pada alat kelamin.
Chancroid (ulkus mole) adalah infeksi bakteri yang disebabkan oleh Gram-negatif.
3.    Penyebab
Disebabkan oleh Haemophilus ducreyi, sebuah bakteri. Chancroid diketahui menyebar dari satu orang ke individu lainnya melalui hubungan seksual. Chancroid adalah infeksi bakteri yang disebabkan oleh Haemophilus ducreyi..
4.    Gejala
Setelah masa inkubasi satu hari hingga dua minggu, chancroid menimbulkan benjolan kecil yang kemudian menjadi borok/lesi dalam satu hari.
Borok yang khas memiliki karakteristik:Rentang ukuran 3-50 mm, nyeri, terlihat jelas tapi batasnya tidak jelas, ditutupi oleh lapisan berwarna abu-abu atau abu kekuning-kuningan, jika tutupnya dilukai atau dikikis misal dengan kuku maka akan keluar darah.
Sekitar setengah dari orang yang terinfeksi hanya memiliki satu borok. Perempuan sering memiliki empat atau lebih bisul/borok. Bisul yang muncul di lokasi tertentu, seperti pada kulit yang menutupi kepala penis (kulit yang biasanya dihilangkan pada saat khitan/sunat) atau di fourchette dan labia minora perempuan.
Gejala chancroid mungkin mencakup: dispareunia (nyeri hubungan seksual), kesulitan buang air besar, borok yang menyakitkan, yang mungkin mengalir nanah, nyeri buang air kecil, pendarahan anus, pembengkakan kelenjar getah bening, penurunan berat badan, abses,  fistula
5.    Pengobatan
Biasanya minum antibiotik menyembuhkan infeksi. Meskipun sudah disembuhkan infeksi biasanya meninggalkan beberapa jaringan parut. Pengobatan juga melibatkan pasangan seksual.
6.    Pencegahan
Gunakan kondom dengan cara yang benar dan jika ada kulit yang menutupi kepala penis maka sebaiknya dihilangkan (disunat/khitan) untuk mengurangi resiko terjangkit. Lebih baik lagi untuk pencegahan, jangan berganti-ganti pasangan seks karena penyakit ini banyak terjadi pada praktek-praktek prostitusi.

G.    KLAMIDIA


1.    Epidemiologi
Antara 35-50 persen dari kasus penyakit kelamin non-gonore diperkirakan disebabkan oleh Chlamydia trachomatis, yang terjadi secara umum di seluruh dunia. Pada perempuan, penyakit ini bisa menyebabkan radang leher rahim mucopurulent walaupun infeksi biasanya tanpa gejala. Infeksi klamidia yang terjadi berulang kali biasanya bisa menyebabkan penyakit peradangan leher rahim kronis dan kemandulan. Penularan terjadi lewat sanggama. Penyakit ini bisa menyerang baik laki-laki maupun perempuan semua usia, terutama dewasa muda.
2.    pengertian
Chlamydia trachomatis adalah salah satu dari tiga spesies bakteri dalam genus Chlamydia, famili Chlamydiaceae, kelas Chlamydiae, filumChlamydiae, domain Bacteria.
3.    Penyebab
Klamidia disebabkan oleh bakteri yang berkembang biak di selaput lendir dari alat kelamin. Hal ini dapat menyebabkan peradangan saluran kencing, dubur dan leher rahim. Ketika infeksi terjadi pada anus, Anda biasanya tidak merasakan gejala meskipun mungkin merasa tidak nyaman. Kadang-kadang ada lendir, iritasi, gatal dan nyeri. Infeksi Klamidia di tenggorokan juga mungkin tidak memberikan gejala apapun. Jika mata Anda terinfeksi, bakteri dapat menyebabkan iritasi dan keluarnya cairan dari salah satu atau kedua mata Anda (konjunktivitis).
4.    Gejala
Pada wanita
Kebanyakan klamidia tidak menimbulkan gejala atau gejalanya hanya samar-samar. Kondisi tanpa gejala in dapat berlangsung lama (bisa bertahun-tahun). Sementara itu, Anda tanpa menyadari dapat menularkan penyakit itu. Gejala yang mungkin mengindikasikan klamidia adalah: Debit cairan lebih dari biasanya, nyeri saat buang air kecil, perdarahan abnormal di antara dua periode menstruasi atau setelah berhubungan seks, nyeri saat berhubungan seks, nyeri perut.
Pada laki-laki
Pria yang terinfeksi klamidia seringkali mengeluarkan cairan seperti susu dari uretra. Jumlahnya tidak selalu banyak, biasanya setelah bangun pagi. Gejala lain adalah buang air kecil yang menyakitkan. Sekitar 1/4 pria yang terinfeksi tidak memiliki gejala infeksi klamidia. Sementara itu, dia dapat menularkan infeksi ke pasangannya tanpa disadari.
5.    Pengobatan/ penanganan
Klamidia dapat diobati dengan antibiotik yang harus diminum dalam beberapa hari. Sangat penting untuk mengambil dosis penuh antibiotik, bahkan meskipun gejala klamidia sudah hilang. Menghentikan pemberian antibiotik sebelum waktunya akan membuat bakteri resisten. Selama pengobatan, Anda harus berpantang seks atau menggunakan pelindung (kondom) sampai Anda maupun pasangan Anda menyelesaikan pengobatan.
Infeksi C. trachomatis dapat disembuhkan dengan antibiotik secara efektif setelah terdeteksi.  Centers for Disease Control (CDC – US) menyediakan pedoman untuk perawatan berikut:
•    Azitromisin 1 gram oral sebagai dosis tunggal, atau
•    Doxycycline 100 mg dua kali sehari selama tujuh hingga empat belas hari.
•    Tetrasiklin
•     Eritromisin
6.    Pencegahan
Menerapkan pola hubungan seks yang aman dan sehat. Hal lain yang tak kalah pentingnya adalah menjalani pemeriksaan rutinsetiap 6 bulan sekali.

H.    KANDILOMA AKUMINATA
1.    Epidemiologi
Ras : tidak ada perbedaan
Jenis kelamin : pria 13%, wanita 9%, pernah mengidap kondiloma akuminata
Umur : kebanyakan wanita aktif seksual dibawah usia 25 tahun
Karena penyakit ini tidak dilaporkan dari spesialis lain atau praktek umum, maka peningkatan substansial pada jumlah kasus baru sepanjang dekade terakhir dan tingkat kejadian sekarang kira – kira telah 2 kali lebih banyak dari laporan kejadian sebelumnya. Dewasa ini kutil kelamin adalah penyakit PMS viral yang paling umum, 3 kali banyaknya dari herpes genital dan tingkat kejadian hanya dilampaui oleh GO dan infeksi chlamidya.
2.    Pengertian
Kondiloma akuminata adalah kelainan kulit berbentuk vegetasi bertangkai dengan permukaan berjonjot dan disebabkan oleh human papilloma virus. Penyakit ini disebabkan oleh virus golongan papova. Penyakit ini hanya menyerang orang dewasa penularannya melalui kontak kulitlangsung atau hubungan badan sehingga digolongkan juga ke dalam PMS (Penyakit Menular Seksual). Kurangnya kebersihan dan lingkungan yang lembap serta basah dapat mempermudah terjangkitnya penyakitini.
3.    Penyebab
Kutil kelamin atau kondiloma disebabkan oleh infeksi pada epidermis oleh jenis Human Papiloma Virus yang spesifik pada sebagian besar lesi yang terjadi akibat HPV 6 dan 11 yang dijumpai, namun terkadang HPV 16 atau jenis lain juga dijumpai hubungan antara kutil kelamin dengan kutil kulit biasanya telah banyak dibahas sebelumnya namun tidak ada bukti hubungan klinis atau virologis antara keduanya meskipun demikian sejumlah kecil pasien dengan kutil kulit biasa juga mengalami kutil yang sama pada bagian genital autoinokulasi dengan HIV 1,2 atau 4 tampaknya merupakan penjelasan yang paling mungkin, karena jenis – jenis tersebut telah diidentifikasi pada beberapa material kutil.
4.    Gejala
Pada awalnya tampak adanya tonjolan-tonjolan runcing atau datar yang berjumlah banyak. Selanjutnya, tonjolan-tonjolan itu akan semakin membesar dan tampak vegetasi bertangkai dan berwarna kemerahan. Permukaannya tidak rata tetapi berjonjot-jonjot. Penyakit ini biasanya ditemukan di daerah lipatan tubuh yang lembap seperti di daerah alat kelamin. Jika terjadi infeksi sekunder warnanya dapat berubah menjadi ke abu-abuan atau kehitaman dan mengeluarkan bau. Pada pria sering ditemukan di preputium, muara penis, batang, kepala penis, muara uretra eksterna dan disekitar anus. Pada wanita dapat terjadi disekitar vagina.
5.    Pengobatan
Pengobatan dapat dilakukan dengan memberikan obat-obat berikut:
•    Pengolesan daerah yang terkena kondiloma akuminata dengan tingtura podofilin 20%, 1-2 minggu.
•    Salep 5 fluorourasil 5%.
•    Bedah listrik (elektrokauterisasi).
•    Bedah skapel (eksisi).
•    Bedah beku dengan nitrogen cair.
•    Pada yang tidak dikhitan dapat dilakukan eksisi dan khitan.
6.    Pencegahan
Pencegahan dapat dilakukan dengan beberapa cara misalnya dengan menjaga kebersihan lingkungan dan tubuh. Selain itu jagalah agar tubuh tidak selalu berkeringat atau dalam keadaan lembap. Bagi pria sebaiknya dilakukan khitan sejak kecil. Sebaiknya tidak melakukan kontak seksual dengan penderita karena dapat tertular penyakit ini. Pencegahan pada pasangan suami istri juga harus dilakukan. Pada penderita wanita dilakukan pemeriksaan pap’s smear.



























BAB III
PENUTUP

A.    KESIMPULAN
Penyakit menular seksual, atau PMS adalah berbagai infeksi saluran reproduksi(ISR) yang dapat menular dari satu orang ke orang yang lain melalui kontak seksual. Kuman penyebab infeksi tersebut dapat berupa jamur, virus dan parasit.  Menurut the Centers for Disease Control (CDC) terdapat lebih dari 15 juta kasus PMS dilaporkan per tahun.  Kelompok remaja dan dewasa muda (15-24 tahun) adalah kelompok umur yang memiliki risiko paling tinggi untuk tertular PMS, 3 juta kasus baru tiap tahun adalah dari kelompok ini.
Jenis-jenis penyakit menular :
1.    Sifilis (Raja Singa)
2.    Gonorhoe
3.    HIV/AIDS
4.    Herpes Genitalis
5.    Trikhomoniasis Vaginalis
6.    Chancroid
7.    Klamidia
8.    Kandiloma Akuminata




B.    SARAN
Dengan mengetahui bahaya PMS, maka sekiranya kita menjaga kesehatan atau hygiene reproduksi, tidak berganti-ganti pasangan dan menggunkan alat pengaman.


DAFTAR PUSTAKA

Widyastuti, Yani. 2009. Kesehatan Reproduksi. Fitra Maya. Jogjakarta.
file:///C:/Users/Nia/Documents/SIFILIS%20%20%20%20Mengenal%20dan%20Mencegah%20Penyakit%20Sifilis_files/adTag.htm
file:///C:/Users/Nia/Documents/Gejala%20Gonorrhea.htm
file:///C:/Users/Nia/Documents/Penyakit%20Menular%20Seksual%20Chlamydia.htm
http://childrenhivaids.wordpress.com/2009/08/10/kondiloma-akuminata-penyakit-menular-seksual/
http://id.wikipedia.org/wiki/Kondiloma_Akuminata
http://sv.wikipedia.org/wiki/Trikomonaskolpit
http://en.wikipedia.org/wiki/Chancroid
http://www.aidsindonesia.or.id
http://gajeboers.blogspot.com/2009/01/penyakit-menular-seksual-pms.html
www.kesrepro.com
www.geocities.com
http://bidan2009.blogspot.com/2009/02/makalah-penyakkit-menular-seksual-oleh.html












Tidak ada komentar:

Posting Komentar